Jakarta, OG Indonesia -- Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) resmi memulai aliran gas perdana dari Proyek West Belut di Wilayah Kerja B Laut Natuna Selatan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya SKK Migas bersama KKKS untuk memenuhi target produksi gas nasional. Proyek West Belut, yang ditemukan pada akhir 2020, berhasil memulai aliran gas pada Rabu, 11 September 2024. Proyek ini selesai lebih cepat dari target awal, yakni Oktober 2024.
Lingkup kerja Proyek West Belut meliputi pembangunan platform kepala sumur dengan kapasitas produksi gas sebesar 55 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan pipa bawah laut berdiameter 12 inci sepanjang 12 km yang menghubungkan platform West Belut dengan pipa South Belut yang sudah ada. Selain itu, proyek ini juga mencakup modifikasi pada fasilitas Central Processing Platform (CPP) di North Belut.
Pencapaian ini mengukuhkan komitmen SKK Migas bersama Medco E&P dalam memastikan eksekusi proyek yang efisien dengan standar Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L) yang sangat baik. Fasilitas West Belut juga mengadopsi teknologi ramah lingkungan dengan platform tidak berawak yang menggunakan tenaga surya 100%.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, yang turut menyaksikan proses aliran gas perdana secara daring dari kantor Medco E&P di Jakarta, menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, kolaborasi antara SKK Migas dan Medco E&P merupakan contoh nyata dari sinergi yang baik dalam mendukung peningkatan produksi gas nasional.
"Keberhasilan ini tidak hanya menjadi bukti komitmen Medco E&P terhadap proyek ini, tetapi juga menunjukkan bahwa kerja sama erat antara SKK Migas dan KKKS dapat menghasilkan capaian signifikan dalam waktu yang relatif singkat, dan saya harap akan diikuti dengan proyek proyek lainnya," katanya.
Dwi menegaskan bahwa kesuksesan proyek ini memberikan efek positif terhadap negara dengan total investasi mencapai USD84 juta, atau sekitar Rp1,3 triliun (berdasarkan kurs USD1 = Rp15.400).
"Proyek ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap efek berganda hulu migas. Selain itu, estimasi penerimaan negara dari proyek ini adalah sebesar USD 41,7 juta, setara dengan Rp641,2 miliar, akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi pendapatan negara," jelasnya.
Dwi juga menekankan pentingnya inovasi dan penerapan teknologi ramah lingkungan dalam proyek ini. "Platform yang menggunakan tenaga surya sepenuhnya merupakan salah satu contoh inovasi yang kami dorong di industri migas. Inisiatif ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi menuju penggunaan energi bersih, serta mengurangi jejak karbon dalam proses produksi. Kami harap langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek migas lainnya di Indonesia," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dwi menyoroti keberhasilan dan pembelajaran dari proyek West Belut ini perlu didokumentasikan dengan baik sebagai inspirasi dan acuan bagi pengembangan proyek-proyek hulu migas lainnya di masa depan.
Sementara itu Direktur dan Chief Operating Officer Medco E&P, Ronald Gunawan, juga menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini. "Pengiriman gas perdana dari Proyek West Belut adalah bukti kerja keras dan dedikasi tim kami, serta dukungan penuh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas," ucap Ronald. RH