Musi Banyuasin, OG Indonesia -- Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang tak berhenti melakukan inovasi sosial untuk bersama-sama masyarakat mengelola lingkungan dan menggulirkan roda ekonomi. Di Desa Mendis, yang merupakan ring I wilayah kerja PHE Jambi Merang dilaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk menjawab tantangan pengelolaan limbah rumah tangga, kekeringan, dan juga potensi kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi.
Salah satu unggulannya adalah program Pemberdayaan Masyarakat Peri Mentari (Pertanian Terintegrasi Mendis Lestari). Ada 500 m2 lahan yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Mendis. Di area berbeda, masih di Desa Mendis, juga ada sebidang tanah yang dibangun sebagai pusat kegiatan Peri Mentari. Di area ini terdapat green house, kandang ternak kambing, pengolahan limbah rumah tangga, hingga rumah kompos.
Di Desa Mendis, air merupakan hal yang sangat berharga. Tak jarang di musim kemarau, sumur mengering hingga tanaman pertanian kurang air. “Kami melihat sebenarnya solusinya bisa didapat dari pengolahan limbah domestik cair rumah tangga,” kata Abdul Yusup, Senior Teknisi Laboratory PHE Jambi Merang yang juga menjadi penanggung jawab penanggulangan pencemaran air.
Limbah domestik cair rumah tangga diolah dengan Simbah Dorita (Sistem Pengolahan Limbah Domestik Media Pall Ring dan Tankos). Uniknya Simbah Dorita ini mampu mengoptimalkan pemanfaatan Tankos atau Tandan Kosong Sawit yang sangat banyak ditemukan di wilayah Mendis, serta penggunaan Pall Ring tidak terpakai pada proses produksi PHE Jambi Merang. Kedua bahan ini digunakan sebagai pengganti Carbon Active dalam mengurai dan memfilter air limbah domestik dengan konsep Trickling Filter di area program Peri Mentari.
“Kami kenalkan bahwa air buangan bisa ditampung tapi tidak bau. Komponen bisa dipakai dengan mikroba pengurai limbah domestik. Alat dan bahan pembuatan kami diskusikan dengan warga agar mudah diterapkan dan diduplikasi,” jelas Abdul. Kini, Desa Mendis tak perlu memakai air sumur untuk menyiram tanaman, cukup dengan air olahan limbah yang justru mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman.
Saat musim kemarau, tanaman tetap bisa diairi dan tidak kekeringan. Simbah Dorita mampu mengolah 650.000 Liter air perbulan dengan konsep irigasi tetes, dengan begitu ibu-ibu kelompok wanita tani tidak lagi menyiram tanaman secara manual menggunakan tenaga manusia.
Di sisi lain, dalam mitigasi terjadinya Karhutla, PHE Jambi Merang dan Desa Mendis membentuk Ketan Adem (Kelompok Tanggap Api Desa Mendis) yang beranggotakan 30 orang. “Supaya kelompok Ketan Adem tetap guyub, selain pelatihan tanggap darurat kebakaran rutin, PHE juga kasih kegiatan agar nambah pendapatan juga. Dulu sempat pertanian, hasilnya dipakai ibu-ibu PKK bikin berbagai produk. Kalau sekarang kami berternak kambing, ada pelatihannya juga,” jelas Imam Imam Mahmudi, ketua kelompok Ketan Adem.
Lebih dari 75 kambing dipelihara Ketan Adem dan kelompok ketahanan pangan desa, sekitar separuhnya dikandangkan di area Peri Mentari. Kelompok Ketan Adem diberi pelatihan dasar tentang pakan kambing untuk mencapai bobot maksimal. Air seni kambing yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium ditampung sebagai bahan pembuat pupuk organik cair. Pupuk ini digunakan untuk pertanian di Desa Mendis.
Saat ini, kegiatan pertanian memiliki tanaman pangan seperti cabai, kangkung, timun, terong dan kacang panjang serta hidroponik. Dalam satu kali siklus panen, penghasilan yang didapatkan kelompok berkisar antara Rp. 1.350.000 – 2.100.000 dengan 100% penghematan pembelian pupuk kompos, 70% efisiensi biaya pertanian dan 90% penghematan air.
Integrasi lainnya di Peri Metari adalah pengolahan limbah organik rumah tangga Desa Mendis untuk pakan ikan kelompok Arto Makmur binaan PHE Jambi Merang. Dengan konsep Keramba Apung, Kelompok Arto Makmur memelihara ikan di Sungai Lalan. “Dulu kelompok tidak kuat menanggung biaya pakannya, sekarang alhamdullilah gratis dan lebih-lebih di sini,” Kata Solihin, ketua kelompok Arto Makmur.
Ya, Budidaya Maggot di area Peri Mentari menjadi inovasi yang menjawab dua isu sekaligus, mahalnya pakan ikan dan menumpuknya limbah organik yang dibuang percuma. Kini limbah organik dari rumah warga disetorkan sukarela untuk dilahap maggot. Maggot yang menggendut dan beranak pinak ini dipanen kelompok Arto Makmur untuk diberikan sebagai pakan ikan keramba mereka di Sungai Lalan.
Peri Mentari PHE Jambi Merang diakui Kepala Desa Mendis Sugianto mampu menjaga desanya dari berbagai aspek. “Dalam membuat program PHE selalu diskusi dulu, jadi bisa selaras dengan program Desa. Ketan Adem itu untuk potensi karhutla yang tiap tahun ada. Terbukti beberapa hari lalu, ada kebakaran cepat ditangani, hanya beberapa hektar saja yang kena,” terang Sugianto.
Dia juga mengapreasi PHE Jambi Merang yang mengubah pola pikir tentang limbah yang ternyata bisa untuk mendukung ketahanan pangan di desanya. Roda ekonomi pun berputar menyejahterakan masyarakat.
Keberhasilan Peri Mentari ini tak akan terwujud tanpa peran serta masyarakat dan para pemangku kepentingan. Assistan Manager Facility Operation Syahrul Arafat mengatakan, “Keahlian yang dimiliki PHE Jambi Merang disambut, dikolaborasikan dengan kearifan lokal sehingga aplikatif dan menjadi solusi dari permasalahan yang ada, seperti ancaman karhutla dan kekeringan air”.
Dengan berbagai program pemberdayaan terintegrasi ini, PHE Jambi Merang mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya tujuan 2 Tanpa Kelaparan, tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak, tujuan 8 Pekerjaan Layak, tujuan 12 Konsumsi & Produksi yang Bertanggung Jawab dan Pertumbuhan Ekonomi, serta tujuan 15 Ekosistem Darat.
Seraya menerapkan ESG (Environment, Social, Government) dengan memperhatikan lingkungan dan sosial serta melibatkan pemangku kepentingan dalam implementasinya. RH