Karawang, OG Indonesia -- Pertama di Karawang, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, menginisiasi inovasi penanggulangan abrasi dengan “Appostraps”, singkatan dari Alat Pemecah, Peredam Ombak, dan Sedimen Traps. Inovasi pemanfaatan ban bekas sebagai bahan Appostraps ini terbukti efektif mengatasi abrasi dan membentuk sedimentasi wilayah pesisir di tiga kabupaten di Jawa Barat, mencakup Karawang, Subang dan Indramayu.
Dibuat dari ban bekas, Appostraps mudah dirakit dan diduplikasi, serta memiliki biaya pemasangan yang jauh lebih murah dibanding materi alat penahan abrasi lainnya, seperti geobag atau tanggul beton. Selain itu, Appostraps telah memperoleh hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
"Appostraps merupakan bagian dari komitmen kami untuk pelestarian lingkungan dengan pendekatan yang terjangkau dan dapat diakses oleh semua pihak. Kami berharap inovasi ini dapat digunakan secara luas untuk menyelamatkan lebih banyak masyarakat dan wilayah pesisir di Nusantara dari dampak abrasi," kata General Manager PHE ONWJ, Muzwir Wiratama, dalam kunjungannya ke kawasan ekowisata Pasir Putih, Selasa (10/9/2024).
Kawasan ekowisata Pasir Putih adalah bagian dari program CSR PHE ONWJ “Jam Pasir (Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir)”. Di lokasi tersebut, program Appostraps berhasil memulihkan lahan seluas 3,62 hektar yang hilang akibat abrasi dan mengembalikan garis pantai sejauh 400 meter.
Pada kesempatan sama, Direktur Utama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Wisnu Hindadari, menyampaikan, “Saya senang sekali Perusahaan mampu memberikan solusi inovatif. Limbah ban bekas dapat dimanfaatkan menjadi barang yang berguna untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi. Kami percaya bahwa perlindungan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar, tetapi juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami membuka akses solusi inovatif ini untuk keperluan non komersial."
Menurut Climate Center, sebuah organisasi nirlaba internasional yang menganalisa isu perubahan iklim, sejumlah wilayah di pesisir pantai utara Jawa Barat diprediksi akan tenggelam dalam 8 tahun ke depan, tepatnya pada 2030. Wilayah yang berpotensi tenggelam meliputi Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Tenggelamnya pesisir utara Jawa ini dipicu oleh kenaikan permukaan air laut dan abrasi yang menggerus daratan.
Ancaman abrasi itu dulu dirasakan Sahari, tokoh masyarakat Pasir Putih Karawang. "Sepuluh tahun lalu, kami rasanya hidup dalam kecemasan karena wilayah kami tergerus laut," kata Sahari.
Sebelum program Appostraps diinisiasi PHE ONWJ, air laut yang masuk sampai dalam rumah setinggi 10-15 cm merupakan pemandangan biasa. Banjir rob datang tanpa aba-aba. Kadang setiap tiga bulan, kadang setiap dua minggu. Ratusan masyarakat Pasir Putih kerap mengungsi ke tempat lebih tinggi atau ke kerabat yang rumahnya jauh dari pesisir.
Kini, masyarakat yang bermukim di Pasir Putih Karawang, bersama warga di Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, serta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, bisa menghembuskan nafas lega. Bersenjatakan ban bekas mereka mampu melawan ancaman abrasi.
Sejak 2017, program pemberdayaan masyarakat PHE ONWJ mulai menyasar ke Pasir Putih, dimulai dengan penanaman 30 ribu bibit mangrove. Penanaman ini melibatkan masyarakat Pasir Putih yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Sukajaya. Sahari merupakan salah satu pendiri kelompok ini. Lalu di tahun yang sama, PHE ONWJ melanjutkan kolaborasi dengan KKPMP Desa Sukajaya menggulirkan program pemasangan Appostraps. RH