Setelah sukses dengan inovasi semen Slurry Merah Putih sebelumnya, versi terbaru dari formulasi khusus untuk cementing job yang didesain untuk dapat menutup atau memblok zona shallow gas dan mengontrol tekanan sumur ini kini hadir lagi dengan lebih banyak keunggulan harga lebih ekonomis dengan performa teknis lebih bagus di antaranya: compressive strength (kemampuan menahan tekanan) lebih tinggi, slurry lebih mudah dipompakan kedalam sumur.
Dalam kegiatan pengeboran sumur migas, setelah sumur dilakukan pengeboran maka akan dipasang casing/selubung. Tantangannya, casing tersebut pada dasarnya tidak ada ikatan dengan formasi atau batuan di belakangnya. Kondisi ini berpotensi membuat casing rawan terangkat oleh tekanan/aliran hidrokarbon ataupun fluida dari dalam formasi, karena itu casing perlu disemen dengan semen slurry yang sesuai untuk menutup aliran yang berpotensi membahayakan tersebut.
Sejak tahun 2019, Elnusa telah melakukan pengembangan Slurry Merah Putih yang merupakan inovasi semen slurry karya anak bangsa. Bermula dari permasalahan yang ditemui salah satu klien Elnusa yaitu Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di Wilayah Kerja (WK) Mahakam.
Diketahui, batuan di Kalimantan mayoritas adalah sandstone serta batu bara yang ternyata juga mengandung gas. Sehingga saat dilakukan pengeboran pada kedalaman yang masih dangkal atau shallow gas zone sekitar 100-200 feet, terdapat potensi hazard akibat tekanan gas yang kuat. Dalam kondisi tersebut tim Elnusa memberikan Total Solution dengan melakukan riset dan akhirnya mendapatkan formulasi Slurry Merah Putih yang bisa mengatasi masalah shallow gas zone ini.
Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja, mengungkapkan inovasi pertama dari Slurry Merah Putih Elnusa telah diterapkan pada 8 sumur di lapangan Tunu, Blok Mahakam.
“Semen Slurry Merah Putih ini sudah memberikan value added yang luar biasa bagi PHM. Pertama, dari sisi safety bisa terjaga dari efek shallow gas zone yang bisa berbahaya. Kedua, dari sisi biaya, juga bisa reduce cost untuk biaya cementing-nya yang lebih murah dari produk lain di pasaran. Yang ketiga, ini adalah karya anak bangsa, original produk Elnusa dengan memanfaatkan material-material yang mayoritas produk lokal juga,” ungkap Bachtiar, Rabu (28/82/2024).
Sukses dengan inovasi awal, Elnusa kemudian mengembangkan ramuan Slurry Merah Putih 2.0 yang saat ini juga telah dimanfaatkan pada 8 sumur di WK Mahakam, dan masih akan terus bertambah.
“Slurry Merah Putih versi 2.0 memiliki harga yang lebih ekonomis 15-20 persen dibandingkan dengan versi sebelumnya. Untuk spesifikasi teknisnya pun lebih unggul dari versi sebelumnya dengan memiliki rata-rata compressive strength lebih tinggi untuk 24 jam pertama dan memiliki rheology yang lebih rendah sehingga mengurangi friction pressure dan surface pressure, serta medapatkan stabilitas di rheology yang lebih rendah,” terang Bachtiar.
Pemanfaatan semen Slurry Merah Putih juga cocok diterapkan untuk membantu meningkatkan produksi migas. Seperti diketahui, banyak lapangan migas saat ini yang sudah mature dan produksinya cenderung depleted atau menurun. Sehingga perusahaan migas pun mulai mengebor sumur di zona dangkal yang sebelumnya jarang disentuh karena kondisi tanahnya terdapat batu bara, berpasir, serta ada potensi hazard-nya. “Berkat inovasi Slurry Merah Putih ini pengeboran tetap aman dilakukan dengan spesifikasi teknis yang lebih tinggi, namun tetap ekonomis,” tutur Bachtiar.
Berkat inovasi semen Slurry Merah Putih ini, Elnusa telah menuai sejumlah apresiasi dari berbagai pihak. Beberapa di antaranya adalah penghargaan Dharma Karya Muda dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2022), Platinum Award dari Upstream Innovation & Improvement Award (UIIA) Subholding Upstream Pertamina, Platinum Award dari Annual Pertamina Quality (APQ) Awards, hingga Silver Medal dan penghargaan CIA AWARD-Invention & Innovation dari China Association of Inventions (CIA) di ajang inovasi Istanbul International Invention Fair (ISIF) 2023 di Turkiye.
Dengan terus berinovasi, unit bisnis cementing Elnusa kini berhasil mendapatkan pekerjaan di area kerja lainnya di lingkungan Pertamina. Selain digunakan PHM di WK Mahakam, Slurry Merah Putih ini juga akan digunakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) di WK Sanga-Sanga. Kondisi shallow gas zone sebenarnya tidak hanya di wilayah Kalimantan sehingga teknologi Slurry Merah Putih ini bisa juga diaplikasikan di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Elnusa yang saat ini memiliki sekitar 6-7 cementing unit juga tengah melakukan proses pembelian 2 cementing unit tambahan. Selanjutnya, akan ada lagi sekitar 14 cementing unit lagi, sehingga pada tahun 2025 nanti unit bisnis cementing Elnusa bisa berkembang hingga 2-3 kali lipat dari sekarang.
“Lewat Slurry Merah Putih ini, Elnusa telah membuktikan bahwa karya anak bangsa tidak kalah serta mampu bersaing dengan produk dari perusahaan internasional. Kami berharap inovasi ini dapat membantu meningkatkan produksi migas klien sekaligus memberikan sumbangsih terhadap pencapaian produksi migas nasional,” tutup Bachtiar. RH