Jakarta, OG Indonesia -- Perusahaan induk investasi dengan portofolio bisnis terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk. (Perseroan), merilis Laporan Keuangan Konsolidasi untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024 (6M 2024). Perseroan mencetak Laba Bersih yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$ 21,0 juta di 6M 2024.
Apabila dibandingkan kinerja kuartalan (QoQ), Perseroan mencatat kenaikan kinerja operasional di mana Pendapatan tumbuh 10,9% menjadi US$629,4 juta pada Q2 2024 dibandingkan US$567,3 juta pada Q1 2024. Laba Operasi tumbuh 35,5% menjadi US$61,6 juta pada Q2 2024 dibandingkan US$45,4 juta pada Q1 2024, didukung oleh pertumbuhan volume produksi Kideco sebesar 11,7% menjadi 7,9 juta ton pada Q2 2024 dibandingkan 7 juta ton pada Q1 2024.
Namun, kinerja tertahan oleh hal yang non-recurring, sebagian besar karena divestasi MUTU, kerugian selisih kurs (sebagian besar belum direalisasi), dan biaya terkait tender offer Obligasi 2025.
Kemudian apabila dibandingkan kinerja tahunan (YoY), sepanjang 6M 2024 Indika Energy membukukan Pendapatan US$1.196,7 juta, atau menurun 28,5% dari US$1.673,2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan Pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari Kideco dan Indika Indonesia Resources, akibat penurunan harga jual batubara Kideco dan divestasi Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Harga jual rata-rata (ASP) batu bara Kideco turun 23,9% menjadi US$62,6 per ton di 6M 2024 dengan volume penjualan 14,8 juta ton, sejalan dengan rencana produksi tahun 2024 yang telah disetujui dalam RKAB oleh Kementerian ESDM yaitu 29,4 juta ton. Dari volume tersebut, Kideco memasarkan 5,5 juta ton batu bara atau 37% di antaranya untuk pasar domestik atau melebihi Domestic Market Obligation (DMO) batu bara yaitu sebesar 25%. Hal ini merupakan bentuk dukungan penuh Indika Energy terhadap ketahanan energi nasional di tengah kebutuhan domestik yang terus meningkat.
Sementara itu volume penjualan batu bara untuk pasar ekspor mencapai 63% dengan negara tujuan China, India, Korea Selatan, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pada tahun 2024, kinerja MUTU hanya dikonsolidasikan selama 2 bulan, setelah diselesaikannya proses divestasi pada Februari 2024.
Selain itu, Pendapatan Interport meningkat 3,2% menjadi US$55,3 juta di 6M 2024 terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi dari Cotrans. Pada 6M 2024, pendapatan Interport terdiri dari Cotrans sebesar US$36,0 juta, KGTE (penyimpanan bahan bakar) sebesar US$11,8 juta, Interport Business Park (IBP) sebesar US$4,5 juta, dan Indika Logistic & Support Services (ILSS) sebesar US$3,0 juta.
Sedangkan Pendapatan Tripatra menurun 20,0% menjadi US$101,8 juta pada 6M 2024, di antaranya disebabkan oleh menurunnya kontribusi dari proyek yang hampir selesai pengerjaannya yaitu proyek Tangguh.
Harga Pokok Penjualan (COGS) mengalami penurunan sebesar 24,6% menjadi US$997,2 juta pada 6M 2024 dibandingkan US$1.323,3 juta pada periode yang sama tahun 2023. Cash cost Kideco, termasuk royalti, turun 19,3% menjadi US$51,0 per ton pada 6M 2024 dibandingkan dengan US$63,2 per ton pada 6M 2023, terutama karena penurunan beban royalti sebagai dampak dari harga jual rata-rata batubara yang lebih rendah dan volume penjualan domestik yang lebih tinggi.
Laba Kotor turun 43,0% menjadi US$ 199,5 juta pada 6M 2024 dari US$ 349,9 juta yang dilaporkan pada 6M 2023. Margin Kotor Konsolidasi turun menjadi 16,7% dari 20,9% pada 6M 2023, terutama disebabkan oleh margin Laba Kotor yang lebih rendah di Kideco yaitu 17,6% pada 6M 2024 dibandingkan 22,2% pada 6M 2023, dan MUTU sebesar 28,6% pada 6M 2024 dibandingkan 31,5% pada 6M 2023.
Sementara itu, Beban Penjualan, Umum, dan Administrasi Perseroan turun 32,7% menjadi US$92,5 juta di 6M 2024 dari US$137,4 juta di 6M 2023. Equity in net profit of associates menurun sebesar 37,2% menjadi US$9,6 juta pada 6M 2024 dibandingkan US$15,3 juta pada 6M 2023, terutama disebabkan menurunnya kontribusi dari Cirebon Electric Power (CEP), Cirebon Energi Prasarana (CEPR), dan Sea Bridge Shipping (SBS).
Biaya keuangan meningkat sebesar 10,6% menjadi US$ 45,3 juta dalam 6M 2024, terutama karena premi dan biaya percepatan penerbitan obligasi terkait dengan tender offer pada Obligasi 2025 dan biaya bunga pinjaman bank yang lebih tinggi.
Selain itu, Perseroan mencatat beban bersih sebesar US$7,1 juta pada 6M 2024 dibandingkan pendapatan bersih US$0,9 juta pada 6M 2023 terutama disebabkan oleh beberapa beban one-off yaitu penghentian hak pemasaran ICI sebesar US$ 4,2 juta, kerugian atas divestasi MUTU sebesar US$ 3,9 juta, serta dampak dari depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS, di mana kerugian selisih kurs adalah US$11,0 juta pada 6M 2024 (sekitar 80% di antaranya belum direalisasi).
Perseroan membukukan Laba Bersih Periode Berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$21,0 juta dan Laba Inti sebesar US$21,0 juta pada 6M 2024.
Sepanjang 6M 2024, Indika Energy mengeluarkan dana sebesar US$47,7 juta untuk belanja modal (capex), di mana 77% di antaranya digunakan untuk mengembangkan bisnis non-batu bara termasuk Indika Mineral Investindo (terutama untuk proyek Awak Mas) sebesar US$28,7 juta, Indika Nature US$3,1 juta, dan selebihnya untuk Ilectra Motor Group (IMG) dan KALISTA.
“Indika Energy terus mengkaji strategi operasional untuk memastikan dapat selalu beradaptasi dengan situasi yang dinamis dan terus berkembang. Kami percaya bahwa diversifikasi portofolio perusahaan akan memberikan hasil positif dalam jangka panjang dan nilai tambah yang berkelanjutan bagi seluruh stakeholders,” tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy dalam keterangannya, Rabu (31/7/2024)..
Pada tanggal 7 Mei 2024, Perseroan menyelesaikan penerbitan obligasi dengan jumlah pokok agregat sebesar US$350 juta dengan tenor 5 tahun, tidak dapat ditarik (non-callable) dalam 2 tahun pertama, dan kupon sebesar 8,75%. Peringkat obligasi ditetapkan BB- oleh Fitch, dan Ba3 oleh Moody's.
Pada tanggal 16 Mei 2024, Perseroan berhasil menyelesaikan penawaran tender (tender offer) untuk Obligasi 2025 dengan jumlah pokok sebesar US$309 juta. Setelah penyelesaian penawaran tender, sisa pokok Obligasi 2025 yang masih beredar adalah US$ 223,7 juta.
Setelah penerbitan obligasi sebelumnya, Perseroan berhasil menerbitkan obligasi tambahan (tap) pada tanggal 7 Juli 2024 dengan jumlah pokok agregat sebesar US$105 juta dengan tenor 5 tahun, tidak dapat ditarik (callable) dalam 2 tahun pertama, dan kupon sebesar 8,75%.
Pada tanggal 17 Juli 2024, Perseroan melalui Kalista Nusa Armada (KNA), meluncurkan brand KALISTA di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). KALISTA merupakan perusahaan fleets-as-a-service (FaaS) untuk mendukung bisnis dalam transisi energi melalui layanan penyewaan kendaraan listrik (4W dan 2W). Tidak hanya penyewaan, KALISTA juga menyediakan solusi menyeluruh dari awal hingga akhir untuk mendukung kliennya dalam transisi ke EV.
Pada 18 Juli 2024, Ilectra Motor Group (IMG) memperkenalkan produk motor listrik terbaru bernama ALVA N3 dengan harga jual mulai dari Rp 11 juta dan meluncurkan dua varian baru model ALVA Cervo di GIIAS. Kedua model baru ini adalah ALVA Cervo Boost Charge dan ALVA Cervo Q, keduanya memiliki kemampuan pengisian cepat (fast charge) hanya dalam satu jam.
Selama Mei dan Juli 2024, Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan, daerah operasi proyek Awak Mas, telah mengalami serangkaian banjir dan tanah longsor. Bencana alam ini berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar serta infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan proyek.
Pada saat ini, pembangunan proyek telah dilanjutkan secara bertahap. Meskipun ada beberapa penundaan, Perseroan mengestimasi proyek Awak Mas dapat dimulai operasinya pada tahun 2026. RH