Jakarta, OG Indonesia – Dalam era transisi energi antara pemanfaatan energi berbasis fosil dan energi hijau, Indonesia sangat terbuka untuk memanfaatkan beberapa jenis energi yang cenderung lebih bersih yaitu energi gas dan nuklir. Sementara untuk energi terbarukan yang lebih hijau, Indonesia lebih tepat untuk memulainya lewat pemanfaatan energi panas bumi dan sinar matahari.
“Apa sih energi yang paling potensial di Indonesia
untuk kita bisa bertransisi? Ada LNG atau natural gas dan juga nuklir,
untuk renewable ada geothermal dan solar (energi surya),” jelas Moshe
Rizal Husein, Ketua Dewan Pembina Lembaga Inovasi Energi Teknologi Nusantara
(LIENTERA) dalam Pelatihan Media 2024 dengan tema “Bisnis Karbon dan CCUS:
Potensi, Bisnis Proses dan Outlook” yang diadakan LIENTERA, PT Radian Teknologi
Global (RTG) dan PAMERINDO selama dua
hari, pada Sabtu-Minggu (22-23/6/2024) lalu secara daring.
Moshe menguraikan, empat jenis energi tersebut layak untuk
dimanfaatkan karena Indonesia memiliki sumber daya yang cukup besar. “Seperti geothermal
saja Indonesia sudah terbesar kedua di dunia dari sisi pemasangan geothermal
dengan potensi geothermal nomor satu di dunia,” jelas Moshe.
Tak hanya dikarunia Tuhan dengan energi bersih yang cukup
berlimpah, Moshe mengingatkan bahwa Indonesia juga memiliki potensi besar dari
sisi sustainable investment di mana Indonesia memiliki nature based
solutions (NBS) atau solusi berbasis alam sekitar 1,5 GT setara CO2 per
tahun, menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari dua raksasa dunia dalam hal
potensi NBS di samping Brasil.
“Di dunia ini hanya dua negara di dunia yang mempunyai nature
based solutions terbesar di dunia, Indonesia dan Brasil. Ini karena
kehebatan hutan kita ya,” ucap Moshe.
Diketahui luas hutan Indonesia mencapai 65 persen atau
sekitar 120,5 juta hektare. Belum lagi garis pantai yang mengitari kepulauan di
Indonesia dengan hutan bakaunya juga sangat panjang. Demikian pula Brasil
dengan Hutan Amazonnya yang sedemikian luas.
Karena itu Indonesia dan Brasil memiliki potensi yang sangat besar dalam hal penyerapan karbon yang tengah digencarkan di dunia saat ini. “Ini yang mungkin kita manfaatkan sebesar-besarnya, karena Indonesia dan Brasil adalah dua paru-paru dunia, satu paru-paru kanan dan satu paru-paru kiri,” tegas Moshe. RH