Gunung Kidul, OG Indonesia -- Pohon-pohon indigofera itu mulai menjulang tinggi jauh melampaui tinggi orang dewasa. Tanaman semi berkayu tersebut memang tangguh, bisa tumbuh di lahan kritis, kering, dan kurang air, seperti di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini menjadi salah satu titik dari penanaman tanaman energi pada Februari 2024 lalu yang digagas oleh PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI).
Kala itu 50.000 bibit tanaman energi seperti Indigofera (22.400 bibit), Gamal (6.200 bibit), Gmelina (7.200 bibit) dan Kaliandra Merah (14.200 bibit) disebar untuk ditumbuhkan di dua kelurahan di Gunung Kidul yaitu Gombang dan Karangasem. Bibit-bibit pohon tersebut ditanam di Tanah Kas Desa dan Sultan Ground dengan area seluas 30 hektare. Ada pula bibit yang ditanam di ladang atau pekarangan warga, di mana setiap KK mendapatkan sekitar 9-12 bibit pohon.
Upaya PLN EPI tersebut selain untuk menghijaukan lahan kritis menjadi hutan di Gunung Kidul juga untuk mendukung program co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN seiring dengan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.
Sebelumnya, pada Februari 2023, PLN EPI bersama Keraton Yogyakarta telah menggulirkan program Desa Berdaya Energi dengan mulai menanam 50.000 bibit tanaman energi pada Februari 2023. Sehingga hingga kini secara total telah ditanam sebanyak 100.000 bibit tanaman energi di daerah Gunung Kidul.
"Kita berencana akan melakukan penanaman kembali sebanyak 50.000 tanaman," jelas Mamit Setiawan, Sekretaris Perusahaan PLN EPI kepada awak media termasuk OG Indonesia saat mengunjungi Sultan Ground di Desa Gombang di Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (25/7/2024).
Mamit menjelaskan lewat penanaman tanaman energi akan mendukung pasokan biomassa untuk co-firing PLTU demi mengurangi emisi dari pemanfaatan batu bara pada pembangkitan listrik PLTU. "Diharapkan nantinya bisa menghasilkan 300.000 ton biomassa ke depannya. Memang tidak terlalu besar, tetapi ini salah satu upaya dari PLN EPI untuk bisa meningkatkan pasokan biomassa ke depannya," sambungnya.
Mamit mengungkapkan, pada tahun 2024 ini PLN EPI akan memasok kebutuhan 2,2 juta ton biomassa untuk 47 PLTU milik PLN. Jumlah tersebut meningkat cukup signifikan dibanding realisasi pemanfaatan biomassa PLN pada tahun 2023 yang hanya sebesar 1 juta ton.
Biaya untuk pengadaan biomassa memang terbilang cukup murah dan dapat bersaing jika dibandingkan harga batu bara. "Penggunaan biomassa sebagai energi terbarukan jauh lebih murah jika dibandingkan menggunakan misalnya PLTS dan energi lainnya. Ini tarifnya lebih murah karena harganya 1 banding 1 dengan batu bara," ungkap Mamit seraya menambahkan bahwa pada tahun 2025 ditargetkan ada sebanyak 52 PLTU yang menggunakan biomassa dengan total kebutuhan mencapai 10 juta ton biomassa.
Supriyanto, Lurah Gombang, menyambut baik langkah PLN EPI yang menghijaukan lahan kritis di Gunung Kidul. Dia menceritakan di desanya ada sekitar 6 hektare Sultan Ground yang telah dimanfaatkan untuk ditanam tanaman energi. "Kalau dari Sultan kan yang penting tanah tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, diperbolehkan, termasuk untuk menanam indigofera ini," jelasnya.
Memang, tanaman-tanaman tersebut selain ranting-rantingnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber biomassa, daunnya juga bisa digunakan sebagai pakan ternak hingga pewarna batik oleh warga sekitar. "Kalau memang nanti ada pembibitan lagi, kita masih ada tanah yang sangat luas untuk ditanami," terang Supriyanto. "Jadi masyarakat mendapatkan keuntungan tidak hanya dari memanfaatkan daunnya, tetapi rantingnya nanti juga dibeli. Untuk harganya saat ini belum, tapi nanti pengepulnya lewat BUMDes, dari BUMDes ke PLN," pungkasnya. RH