Yudha Permana Jayadikarta, Executive Director METI (paling kiri) dalam acara "Ngobrol Santai Bareng Pakar" dengan tema “Sustainability is (Here) the Future” di Jakarta, Jumat (31/5/2024). |
Jakarta, OG Indonesia -- Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengatakan masalah pendanaan proyek energi terbarukan masih menjadi salah satu masalah krusial yang perlu dibenahi pihak pemerintah dalam upaya mendorong pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.
"Mengingat dari sisi swasta yang memiliki proyek-proyek energi terbarukan di bidang kelistrikan itu nilai keekonomiannya di mata mereka masih dipandang kurang," ucap Yudha Permana Jayadikarta, Executive Director, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dalam acara "Ngobrol Santai Bareng Pakar" dengan tema “Sustainability is (Here) the Future” di Jakarta, Jumat (31/5/2024).
Yudha menegaskan, salah satu kunci dari upaya mendorong pengembangan energi terbarukan khususnya untuk sektor ketenagalistrikan adalah Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). "RUPTL untuk tahun ini konon katanya menurut PLN tidak akan ada PLT batu bara, tapi tidak ada yang tahu sampai sekarang seperti apa," tuturnya.
Sampai dengan tahun 2023, potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia sekitar 3.600 Gigawatt (GW), meliputi energi surya, angin, panas bumi, hidro, hingga energi laut. Namun pemanfaatannya masih terbilang minim. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN) pada tahun lalu bauran energi Indonesia masih didominasi batu bara yaitu sebesar 40,46%. Selanjutnya ada minyak bumi sekitar 30,18%, gas bumi berjumlah 16,28%, sementara EBT hanya 13,09%.
Yudha mengungkapkan ekosistem energi terbarukan di Indonesia harus dibentuk salah satunya perlu ada dukungan pendanaan dari pihak perbankan. "Ekosistem itu meliputi bagaimana untuk mendapatkan assessment, karena selama ini hampir semua perbankan tidak mudah untuk memberikan pembiayaan kepada proyek-proyek energi terbarukan yang memang nilai keekonomiannya tidak terlalu menguntungkan, kecuali untuk jangka waktu yang panjang," bebernya.
Pihak METI pun berharap untuk pemerintahan baru nanti di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto bisa lebih mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. "Posisi METI adalah sebagai mitra pemerintah untuk mengadvokasi pendampingan bagi masyarakat untuk kampanye yang positif untuk energi terbarukan," pungkasnya. RH