Darmansyah, Petani Budidaya Karet di Musi Banyuasin (kedua dari kiri) dan Adjie Suryaningrat, Senior Manager Field Relations & Security Blok Corridor (ketiga dari kiri). Foto: Ridwan Harahap |
Kabupaten Tangerang, OG Indonesia -- PT Medco E&P Grissik Ltd sebagai pengelola Blok Corridor tidak hanya fokus melakukan kegiatan operasi dan produksi minyak dari blok migas yang ada di provinsi Sumatera Selatan tersebut, tetapi juga sangat perhatian memberdayakan masyarakat di sekitar daerah operasi. Seperti para petani karet dari Kabupaten Musi Banyuasin yang kesejahteraannya kini meningkat berkat sentuhan Medco.
Adjie Suryaningrat, Senior Manager Field Relations & Security Block Corridor mengungkapkan Medco E&P Grissik punya program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) unggulan yaitu pemberdayaan ratusan petani karet di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang telah berlangsung cukup lama yaitu sekitar 20 tahun.
"Secara singkat kerja samanya di awal kami memberi bantuan secara teknis, bagaimana kami melatih dan memberikan edukasi kepada petani karet binaan terkait jenis bibit yang baik seperti apa, cara menanam bibit di lahan yang terbatas bagaimana caranya dan bagaimana supaya pohon karet tumbuh sehat," tutur Adjie dalam sesi diskusi "Kontribusi MedcoEnergi Mengatasi Perubahan Iklim Melalui Program Pengembangan Masyarakat" yang dihelat di booth MedcoEnergi pada ajang IPA Convex 2024 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (14/5/2024).
Tak lupa diajarkan pula cara menyadap pohon karet yang benar untuk mendapatkan hasil sadapan karet yang optimal. "Untuk menyadap pohon karet itu ada pelatihannya sendiri, nggak sembarangan," tegas Adjie seraya mengingatkan bahwa jika cara menyadap karet mengikuti kaidah yang benar maka pohon karet pun akan awet memproduksi getah karet sampai 15-20 tahun.
Darmansyah, Petani Budidaya Karet dari Musi Banyuasin menjelaskan dia dan banyak petani karet lainnya di Musi Banyuasin sebelumnya tidak paham cara bertani karet yang baik. Mereka hanya menggunakan cara tradisional menanam pohon karet di lahan yang sangat luas yang diajarkan orangtua secara turun temurun. "Dulu kami hanya pakai bibit alam, itu butuh waktu 8-10 tahun baru bisa disadap," kata Darmansyah sambil mengungkapkan bahwa kini pohon karet bisa mulai disadap pada usia 3-5 tahun saja.
Dampak lainnya, kualitas karet yang dihasilkan pun menjadi lebih baik yang pada akhirnya membantu meningkatkan pendapatan keluarga para petani karet. Darmansyah menuturkan, jika pakai bibit alam paling banyak hanya bisa menyadap getah karet 5-10 kilogram per harinya. Harganya pun tidak memuaskan karena kualitas karet yang dihasilkan rendah yaitu hanya sekitar Rp6.000-Rp7.000 per kilogramnya.
Kini, berkat bimbingan dari pihak Medco, petani karet Musi Banyuasin dapat mendapatkan getah karet 15-20 kilogram setiap harinya. Harga jualnya pun kian menarik berkat kualitas yang baik, nyaris dua kali lipatnya, sampai Rp13.000 per kilogramnya.
Para petani karet juga diajarkan untuk mengoptimalkan lahan yang ada. Dari sebelumnya serampangan dalam menanam pohon karet sehingga cenderung memakan lahan yang sangat luas, menjadi lebih tertata dalam mengatur jarak antar pohon sehingga lebih banyak pohon yang bisa ditanam pada luas tanah yang terbatas.
Lewat optimalisasi lahan tersebut, petani bisa memanfaatkan lahan yang belum terpakai dengan menanam tanaman lainnya, terutama pada saat 2-5 tahun awal menanam pohon karet. "Artinya sebelum pohon karet tumbuh besar kita bisa manfaatkan tanaman lainnya, seperti nanas, jagung, termasuk pisang," jelas Darmansyah.
Berkat tuah karet Medco, Darmansyah telah mampu memberikan pendidikan yang layak dan tinggi kepada empat orang anaknya, di mana anak pertama dan keduanya telah menapaki pendidikan S2 di Yogyakarta dan S1 di Palembang. "Alhamdulillah anak saya yang pertama bisa lanjut S2 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta," tutup Darmansyah sambil tersenyum bangga.
Pihak Medco sendiri tidak berpuas diri sampai di sini. Adjie Suryaningrat mengatakan Medco masih akan terus terlibat untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet Musi Banyuasin. "Saat ini fokus kami bukan di segi teknis lagi, tetapi sudah ke aspek pemasaran. Bagaimana bapak-bapak seperti Pak Darmansyah ini bisa memasarkan getah karetnya bukan secara individu tetapi secara kelompok," terang Adjie. RH