Slamet Sutrisno (kiri) bersama dengan Dionysius Irianto (kanan) saat memamerkan kreasi miniatur kayu tematik migas di ajang IPA Convex 2024. |
Adalah Slamet Sutrisno, warga Grobogan, Jawa Tengah, pengrajin kayu serta Owner dari Markas Miniatur Jati yang punya keahlian mengolah kayu jati menjadi miniatur kerajinan kayu nan unik dan epik tersebut. Slamet yang kelahiran 7 Desember 1994 menyebut dirinya tukang kayu dan sudah akrab dengan kayu sejak kecil. Dirinya terpaksa jadi tukang kayu dan kerja serabutan karena orangtuanya terkendala biaya untuk sekolahnya. Bangku SMA tak tuntas didudukinya.
"Dulu memang tukang kayu bikin rumah, belajar di situ dan sesuai dengan hobi saya. Sepulang kerja saya membawa limbah sisanya, saya coba rakit-rakit, kok bagus ya," cerita Slamet kepada OG Indonesia, Rabu (15/5/2024) di booth Swa Multi Persada (Swa Mp) yang turut menyokong kegiatan kreatif dari Slamet dengan Markas Miniatur Jatinya.
Kreasi perdananya dimulai tahun 2017 dengan membuat miniatur kayu berbentuk masjid. Kala itu Slamet bisa membuatnya dalam tempo empat malam saja dan berhasil terjual Rp150.000. "Oh ternyata laku dari kegiatan iseng-iseng," cerita Slamet.
Dari iseng menjadi ditekuni. Slamet terpancing untuk membuat miniatur kerajinan kayu lagi walaupun peralatan masih seadanya. Hasilnya lumayan, lambat laun banyak permintaan berdatangan, seperti dari instansi TNI dan Polri yang memintanya membuat beberapa miniatur, salah satunya miniatur kapal selam Nenggala.
Dari mulut ke mulut dan lewat jejaring media sosial, kreativitas Slamet kian tersohor. Apalagi di LinkedIn pengikutnya sudah lebih dari 10.000 orang yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Slamet mengungkapkan LinkedIn menjadi pintu masuk bagi dirinya mendapatkan order yang jauh lebih banyak.
"Awalnya ide dari seorang customer dari India. Dia pesan lalu saya kirim barangnya, ternyata mereka posting di LinkedIn. Akhirnya setelah itu saya mempunyai LinkedIn juga, belum ada seminggu follower saya sudah lebih dari 500 orang, akhirnya banyak yang pesan-pesan sampai sekarang," tuturnya.
Dia menerangkan, pesanan dari LinkedIn ternyata banyak yang berasal dari perusahaan migas mancanegara yang ingin dibuatkan miniatur kayu berupa anjungan lepas pantai dan rig yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. "Satu pesanan harganya bisa Rp20-30 juta, kalau pesan dua berarti bisa Rp60 juta," ungkap Slamet. Untuk urusan ongkos kreatif, Slamet berpatokan pada tingkat kerumitan dalam pembuatannya. "Paling mahal ada yang hampir Rp100 juta," jelasnya.
Semakin banyaknya pesanan membuat Slamet membutuhkan tenaga kerja tambahan. Mulai tahun 2019 hingga kini dirinya dibantu oleh empat orang pekerja dalam kegiatan kerajinan kayunya tersebut. Setiap bulannya, Markas Miniatur Jati bisa membuat kreasi miniatur kayu sekitar 3-4 unit. "Kebanyakan yang kecil-kecil, tetapi yang besar juga ada. Yang paling besar itu pernah kami buat panjangnya 1 meter, itu miniatur FPSO pesanan dari Petrobras Brazil," jelasnya.
Terhitung, sudah ada permintaan dari 24 negara untuk minatur kayu kreasi Slamet dan teman-teman. "Paling sering saya kirim ke Dubai (Uni Emirat Arab), Amerika Serikat, Belanda, sampai Irak," bebernya. Untuk pesanan miniatur yang paling laris, menurut Slamet adalah miniatur yang terkait bidang migas. "Itu hampir 98 persen pesanannya, berupa onshore rig, offshore rig, sampai miniatur kapal," tambahnya.
Slamet menceritakan untuk membuat miniatur yang sama persis seperti bentuk aslinya sebenarnya tidak terlalu banyak kendalanya. "Kesulitan paling ketika ada konsumen yang mengirimkan gambar blue print yang tidak detail ukurannya. Jadi kalau ada permintaan itu harus detail," jelasnya.
Untuk bahan baku kayu, Slamet tidak main-main. Kreasi kayunya memakai kayu jati bekas yang justru semakin tua semakin bagus kualitasnya. "Suplai kayu jati di Grobogan itu banyak, memanfaatkan bekas rumah-rumah zaman dulu yang habis dibongkar, kusennya saya ambil sisa-sisanya," ucap Slamet.
Slamet mengaku dari pendapatan berkreasi miniatur kayu, dirinya bisa membangun rumah sendiri sampai membeli hewan ternak dan sawah. Dia pun berharap, ke depannya kegiatan usaha miniatur kayunya bisa terus eksis sehingga dapat terus menafkahi keluarganya serta keluarga dari para pekerja yang direkrutnya.
"Saya sih inginnya membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya. Kalau bisa banyak merambah pasar internasional, dengan semakin banyak pesanan harapannya saya bisa semakin banyak menambah tenaga kerja," kata Slamet.
Dukungan dari Swa Multi Persada
Kesuksesan kegiatan usaha Markas Minatur Jati, dikisahkan Slamet tidak lepas dari sokongan Swa Multi Persada yang fokus di kegiatan usaha General Services. "Awalnya Swa pesan kapal. Ternyata Swa kok peduli sama profesi saya, mau membantu dan juga sudah banyak kontribusi ke lingkungan kami seperti bangun jembatan dan mushola," terangnya.
Dibeberkan Slamet, beberapa dukungan dari Swa Mp antara lain membantu modal kegiatan usahanya, membantu promosi, sampai membawa Markas Miniatur Jati ke berbagai pameran, seperti di ajang IPA Convex 2024 sekarang ini.
Dionysius Irianto, Komisaris Swa Multi Persada, mengungkapkan perusahaannya telah mendukung kegiatan usaha Markas Miniatur Jati sejak empat tahun lalu lewat program CSR perusahaan. "Waktu itu Pak Slamet ini kesulitan, padahal miniatur kayu ini sudah terkenal di luar negeri khususnya yang terkait oil and gas. Jadi kita bantu secara pemodalan dan pemasaran," kata Dionysius.
Swa Mp berharap kerajinan miniatur kayu migas karya Slamet dan rekan-rekan juga bisa dilirik oleh perusahaan-perusahaan nasional yang ternyata saat ini masih kurang permintaannya, padahal di luar negeri miniatur kayu ini banyak yang mencari.
Hal senada juga disampaikan Slamet yang mengatakan peminat miniatur kayu kreasinya dari perusahaan lokal masih sangat minim. "Baru ada Saipem pada tahun ini. Harapan saya dengan perusahaan luar negeri saja bisa menghargai, perusahaan lokal juga bisa tertarik dengan miniatur kayu ini," tutup Slamet. RH