Yogyakarta, OG Indonesia -- Industri minyak dan gas bumi (Migas) memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan profesional untuk memajukan industri migas nasional. Termasuk mewujudkan Generasi Emas 2045 yang diharapkan Indonesia menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara adidaya di dunia.
Kata Wakil Kepala (Waka) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Shinta Damayanti, terkait potensi migas, Indonesia memiliki 128 cekungan di mana produksi migas saat ini baru berasal dari 20 cekungan. Dari 128 cekungan tersebut, sebanyak 65 cekungan masih belum dieksplorasi dan hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda Indonesia.
Shinta mengatakan SDM negeri ini merupakan aset yang luar biasa dan harus dibangun, serta dipersiapkan sebagai pekerja masa depan dengan mengubah pola pikir dan menerima perubahan yang terjadi, termasuk untuk memanfaatkan sumber daya migas yang dimiliki oleh Indonesia.
“Perubahan itu sesuatu yang abadi. Kita tidak bisa tidak berubah, itu pasti terjadi dan sekarang bagaimana kita bisa beradaptasi dengan perubahan," kata Shinta dalam Seminar Nasional Hari Pendidikan Nasional dengan tema "Kontribusi Industri Migas Dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045", di Yogyakarta, Kamis (2/5/2024).
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Patuan Alfon Simanjuntak mengatakan bahwa untuk menuju Generasi Emas 2045 bukanlah hal yang mudah.
"Kita harus menyiapkan SDM yang andal agar dapat bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN, Asia, dan dunia secara umum. Generasi muda harus mempersiapkan diri karena mereka akan menjadi pemimpin masa depan, termasuk juga menjadi pemimpin di industri migas yang terdiri dari sektor hulu dan hilir migas,” ujarnya.
Alfon menuturkan, tantangan utama yang harus dihadapi generasi muda ke depan adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang terus berkembang. Selain itu, perlu adanya pemahaman terhadap kondisi energi yang berperan penting bagi perekonomian negara.
“Generasi muda yang nantinya akan menjadi pelaku-pelaku industri dan birokrasi, harus menyiapkan diri atau memiliki kompetensi yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Kita harapkan Indonesia Emas 2045 dapat terwujud, di mana kita beralih dari negara berpenghasilan rendah atau menengah menuju penghasilan tinggi,” imbuh Alfon.
Kesempatan untuk meningkatkan kompetensi di industri migas masih terbuka luas, kata Alfon. Sehingga, seharusnya peluang-peluang bisnis dapat dilakukan oleh anak bangsa. “Kita harus berusaha agar kesempatan yang ada itu tidak lari keluar, tapi kita sendiri yang bisa melakukannya di dalam negeri dengan kompetensi dan juga keterampilan yang dimiliki oleh SDM kita,” pungkasnya.
Sementara itu Rektor Universitas Proklamasi 45 Benedictus Renny See menyampaikan, untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045, perlu disiapkan generasi penerus berkualitas, serta dilakukan pemerataan pembangunan antarwilayah mengingat Indonesia memiliki karakteristik kepulauan.
Benedictus berharap agar kegiatan seminar ini dapat bermanfaat bagi civitas academica serta para mahasiswa dalam meningkatkan kompetensi guna mewujudkan Generasi Emas 2045. RH