|
Muhammad Bimantara, Pemimpin Redaksi OG Indonesia saat menggawangi kegiatan "Pelatihan Vendor Management & Proses Tender Hulu Migas Berdasarkan PTK 007 Revisi 05" yang diadakan secara daring pada Sabtu (30/3/2024). |
Jakarta, OG Indonesia -- Target produksi minyak 1 juta barel per hari (bopd) dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) pada tahun 2030 mendatang mustahil tercapai tanpa adanya peran dari perusahaan penunjang migas. Karena itu urusan Vendor Management menjadi sangat penting bagi perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Manajemen risiko vendor merupakan proses identifikasi, penilaian dan, pencegahan risiko pada proses supply chain perusahaan. "Di tengah tantangan yang tengah mendera industri migas, para pelaku industri migas perlu melakukan efisiensi usaha. Salah satunya dengan meningkatkan kinerja supply chain management (SCM) atau rantai pasokan pengadaan barang dan jasa di sektor migas," kata Ozy M. Muhiddin saat menjadi Trainer dalam acara "Pelatihan Vendor Management & Proses Tender Hulu Migas Berdasarkan PTK 007 Revisi 05" yang diadakan OG Indonesia secara daring pada Sabtu (30/3/2024).
Ozy yang berpengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Local Content Specialist, di antaranya di PT Surveyor Indonesia dan di INPEX Corporation pada Abadi Masela FLNG Project, mengungkapkan dalam susunan biaya operasi dari suatu perusahaan KKKS yang terbesar adalah biaya procurement dan logistik sebesar 73%, disusul biaya untuk gaji karyawan sekitar 15% dan biaya untuk perizinan mencapai 12%. "Biaya untuk pengadaan yang paling besar," tegasnya.
Karena itu menurut Ozy, Vendor Management menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan KKKS. Beberapa faktor yang melatarbelakanginya adalah semakin meningkatnya kompleksitas dunia bisnis. Untuk itu perlu menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan vendor, sebab sangat diperlukan kerja sama yang sifatnya jangka panjang.
"Kita butuh long lead item apa saja untuk jangka panjang, itu harus sudah siap. Harus disiapkan planning-nya, kapan butuh, kapan tender, jadi semua harus sudah disiapkan dan berkesinambungan," tutur Ozy.
Ozy menegaskan, pengelolaan rantai suplai pada industri hulu migas penting dilakukan demi menjamin ketersediaan barang/jasa sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang dibutuhkan oleh pengguna operasional KKKS.
Namun ia mengingatkan, dalam proses pengadaannya wajib memperhatikan standar kualitas, kesesuaian waktu penyerahan, jumlah yang diperlukan, harga yang kompetitif, serta aspek HSSE. "Jadi semua berjalan secara apa adanya, tender seperti biasa, yang menang ya menang, yang kalah ya kalah, jadi tidak ada udang di balik batu," jelas Ozy.
Perkuat Pengetahuan Vendor Management
Dalam "Pelatihan Vendor Management & Proses Tender Hulu Migas Berdasarkan PTK 007 Revisi 05" menarik minat banyak peserta dari sejumlah perusahaan, seperti Emneltech Solusi Indonesia, UT Quality Indonesia, Varley Indonesia, Multi Teknologi Inspeksi, MBN Consulting, hingga Anugrah Mustika Bumi.
Muhammad Bimantara, Pemimpin Redaksi OG Indonesia, menceritakan bahwa pelatihan ini tetap menarik minat banyak peserta kendati diselenggarakan di tengah aktivitas menjalankan ibadah puasa. Dia menuturkan, pelatihan kali ini lebih memperluas wawasan dan pengetahun peserta terkait urusan Vendor Management. "Selama ini pelatihan yang kami adakan berfokus pada proses tender hulu migas, kali ini juga kami perluas pelatihannya dengan ilmu terkait Vendor Management terutama di bidang hulu migas," kata Bimantara.
Salah satu peserta, Krisna Prasetya dari Emneltech Solusi Indonesia mengatakan dirinya sudah lama berkecimpung dalam oil and gas industry. Kendati demikian dia tetap bersemangat untuk menggali pengetahuan terkait proses tender migas dan Vendor Management di hulu migas. "Ini sekaligus sebagai refreshment sekalian mendampingi teman-teman Emneltech lainnya yang ikut pelatihan ini juga," ujarnya. RH