Jakarta, OG Indonesia-- Kebutuhan bahan bakar dalam negeri di Indonesia saat ini sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan besarnya impor bahan bakar, terutama minyak bumi, yang mencapai hampir 400 ribu barel per hari setara minyak mentah. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan mencapai ketahanan energi, Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri.
Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya dapat memenuhi kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diperkirakan akan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery). Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka proses produksi diperkirakan akan meningkat sekitar 150 persen dari sebelumnya.
Pembangunan kilang-kilang tersebut bersamaan dengan tumbuhnya berbagai proyek petrokimia yang membutuhkan peralatan proses yang dapat meningkatkan ekonomi dalam negeri bila proses manufaktur dan aktifitas fabrikasinya dilakukan di dalam negeri. Salah satu peralatan yang sering diperlukan adalah process column vessel dan peralatan internalnya.
Selama ini peralatan tersebut di desain dan mayoritas dibuat oleh perusahaan luar negeri, sehingga komponen TKDN-nya (Tingkat Komponen Dalam Negeri) relatif rendah dan nilai tambah yang dihasilkan dalam negeri menjadi minimal.
PT Tuban Steel Work selaku manufaktur peralatan proses yang telah berdiri sejak tahun 2010, memiliki keinginan tinggi untuk mendorong kapabilitas produksi alat proses di Indonesia.
Pihaknya terus meningkatkan kandungan dalam negeri (TKDN) peralatan migas yang diproduksinya, salah satunya alat column intenal yang telah memiliki nilai TKDN 67,34%.Alat proses lain yang di produksi saat ini memiliki TKDN 25,71% untuk Air Cooler dan 25,69% untuk Pressure Vessel.
Selain internal column, PT Tuban Steel Work juga melakukan fabrikasi Heat Exchanger, Spherical storage, dan Skid Package yang dapat menunjang industri migas. Selama kiprahnya produk hasil dari PT Tuban Steel Work berupa alat proses telah dipakai pada industri migas ternama salah satunya Pertamina RU dan beberapa KKKS Migas lainnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) menggandeng PT Tuban Steel Work (TSW) untuk mengembangkan peralatan proses untuk industri minyak dan gas bumi serta industri proses kimia. Kerja sama ini ditandatangani dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) di Gedung B.J. Habibie Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (17/11).
Hens Saputra selaku Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur BRIN mengatakan kerja sama riset ini pada intinya menggabungkan potensi, pengalaman riset, fasilitas laboratorium dan simulasi engineering yang selama ini dimiliki oleh BRIN dengan pengalaman fabrikasi dan manufacturing yang dimiliki PT. Tuban Steel Work.
“Kombinasi tersebut tentunya dapat dianggap sebagai upaya hilirisasi riset BRIN agar dapat digunakan oleh manufaktur dalam negeri dalam mendukung proyek-proyek pembangunan pabrik kimia dan migas di Indonesia, selanjutnya bila memungkinkan akan diekspor ke negera lain,”ujar Hens, Jumat (17/11).
Hens menambahkan bahwa upaya hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) khususnya pada peralatan proses dimaksud, tak hanya itu namun efek turunannya mampu menciptakan lapangan kerja terdidik di bidang peralatan proses untuk Industri Migas dan Proses Kimia.
“Diharapkan kerja sama yang akan berlangsung selama dua tahun ini, dapat meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan tentunya mampu menciptakan lapangan kerja terdidik di bidang peralatan proses untuk Industri Migas dan Proses Kimia,” ujarnya.
Sementara itu, I Ketut Parwatha, Direktur PT Tuban Steel Work mengatakan bahwa kerja sama ini akan memberi dampak positif tidak hanya untuk BRIN dan PT TSW saja, tapi juga untuk bangsa dan negara Indonesia.
“Kolaborasi BRIN dan PT TSW tentunya dapat meningkatkan TKDN, kita harus bisa mengurangi ketergantungan dengan produk luar negeri dengan meningkatkan unsur-unsur teknologi dalam negeri sehingga dapat bersaing dengan baik,”kata I Ketut.
Pada kesempatan yang sama, Surat Indrijarso Staf Ahli Dewan Pengarah BRIN, menyampaikan kolaborasi riset ini sangat penting tidak hanya semata-mata pada penandatangan perjanjian kerja sama saja, namun harus tetap memperhatikan fasilitas yang mendukung seperti SDM yang unggul dan sarana prasarana yang dimiliki, karena TKDN adalah suatu aspek penting dalam hal rantai pasokan di dalam negeri.
“Yang lebih penting, produk PT TSW dapat digunakan oleh user dalam negeri, dan BRIN selain berperan sebagai pendampingan BUMN untuk memenuhi spek produk sesuai kebutuhan masyarakat dan juga harus bisa memfasilitasi memasarkan produk-produk dalam negeri,”ungkap Surat Indrijarso.
Adanya kolaborasi PT TSW dengan BRIN diharapkan dapat mengembangkan desain dan performance internal column serta TKDN peralatan proses di Indonesia.
Langkah kedepan yang dilakukan yakni perbaikan dan penyempurnaan desain peralatan internal column yang sudah ada dan telah dibangun, Riset dan inovasi untuk mendapatkan desain baru dari internal column, pengujian performance desain yang telah didapatkan untuk menjadi prototipe, penyusunan draft permohonan Kekayaan lntelektual dan pembuatan karya tulis ilmiah nasional dan atau internasional yang tidak terbatas pada peralatan proses saja.
Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan TKDN peralatan proses di Indonesia khususnya yang dirancang oleh PT TSW, karena tidak dipungkiri bahwa peralatan proses yang saat ini ada masih terbilang rendah angka TKDN-nya. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja terdidik di bidang peralatan proses. ADV