Central Gathering Station 10 membantu memisahkan minyak yang disedot dari Lapangan Duri sebelum dikirim melalui pipa menuju Dumai. Foto-foto: Ridwan Harahap |
Bengkalis, OG Indonesia -- Saat itu sekitar pukul 3 sore. Cuaca di Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau, masih sangat panas. Apalagi jika mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, tak terasa keringat mengucur deras di bawah teriknya sinar matahari dan panasnya aspal jalan. Itulah yang dirasakan OG Indonesia dan rombongan awak media dari Jakarta saat mengunjungi fasilitas Central Gathering Station (CGS) 10, Duri Field.
CGS-10 berada di komplek Lapangan Duri, yang termasuk ke dalam Wilayah Kerja (WK) Rokan yang dioperasikan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Dari gerbang depan komplek Duri Field dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk menuju lokasi CGS-10 dengan kecepatan kendaraan yang diperbolehkan hanya 30-40 kilometer per jam karena melewati banyak lintasan pipa dan deretan pompa angguk di kanan dan kiri jalan.
"Tugas kami di lapangan ini adalah menjaga dan mengoperasikan fasilitas CGS-10 ini yang dibangun tahun 1999. Sudah 24 tahun kami me-maintain fasilitas ini agar tetap beroperasi optimal," ucap Rudi Gusrian Chandra, Team Manager CGS-10 Duri PHR, kepada para awak media yang berkunjung ke fasilitas CGS-10, Rabu (25/10/2023).
Dengan luas area 16 hektare, CGS-10 menjadi urat nadi dalam penyaluran minyak dari perut bumi Rokan. Beberapa fasilitas terdapat di CGS-10 antara lain Oil Treating Plant (OTP), Water Treating Plant (WTP), Unit Softener, Wash Tank, Shipping Tank, hingga Slurry Tank.
Setiap harinya sekitar 230.000 barel fluida dari dalam Lapangan Duri dialirkan ke CGS-10 untuk dipisahkan antara minyak, air, dan gas. Persentasenya, sekitar 90 persen fluida masih berupa air, sementara sisanya terdiri dari minyak dan gas. "Di CGS-10 ini kami mengolah produksi dari Duri Field, dengan kurang lebih 1.500 well yang ada di sekitar CGS-10," jelas Rudi.
Rudi Gusrian Chandra, Team Manager CGS-10 Duri PHR. |
Dari fluida yang disedot naik dan dipisahkan, Rudi menjelaskan bisa diperoleh minyak sekitar 21.000 barel per hari yang kemudian disalurkan melalui pipa penyaluran dengan ukuran 20 inchi ke Dumai Station yang berjarak sekitar 63,5 kilometer. Sementara untuk gas yang kandungannya paling sedikit terpaksa harus di-flaring karena memiliki banyak impurities atau zat pengotor serta nilai BTU atau jumlah panasnya rendah sekali sehingga tidak ekonomis bila dimanfaatkan.
Adapun untuk kandungan airnya ternyata bisa dimanfaatkan lagi setelah dijadikan steam atau uap air. Sejak tahun 1980-an, Chevron sebagai operator Blok Rokan sebelum PHR memang telah melakukan kegiatan Steam Flood di mana steam dimasukkan kembali lewat sumur injeksi ke dekat reservoir Lapangan Duri. Steam tersebut akan membantu mengurangi kekentalan sehingga minyak dapat lebih mudah bergerak dan mengalir ke sumur-sumur produksi untuk kemudian fluidanya dapat diangkat ke permukaan bumi. "Siklusnya begitu terus sampai bersih, jadi tidak ada yang terbuang," ujarnya.
Rudi menerangkan, untuk Plant Operation Duri terdapat empat CGS yaitu CGS-1, CGS-3, CGS-5, dan CGS-10. Keempat CGS tersebut mengumpulkan dan memisahkan minyak dari ribuan sumur yang ada di Duri Field. Dengan minyak yang bisa dipisahkan sekitar 21.000 barel per hari, CGS-10 menjadi kontributor terbesar dari Duri Field yang setiap harinya bisa menyumbang sekitar 47.000-48.000 barel minyak untuk WK Rokan. Sementara untuk produksi minyak keseluruhan terkini dari lapangan-lapangan yang ada di Blok Rokan berada pada kisaran 160.000 barel per hari.
Seiring target pemerintah untuk mengejar produksi minyak 1 juta barel per hari pada tahun 2030, Rudi menegaskan CGS-10 selalu siap 24 jam dalam sehari untuk terus mengalirkan minyak dari Blok Rokan. "Kami mendukung produksi 1 juta barel yang dicanangkan oleh pemerintah, untuk itu kami akan tetap bekerja untuk memelihara Plant Operation Duri CGS-10 ini supaya bisa beroperasi dengan bagus sesuai dengan fungsinya," pungkas Rudi. RH