Suprijonggo Santoso, Ketua Umum APMI. Foto: Hrp |
Jakarta, OG Indonesia -- Pihak Asosiasi Perusahaan Pemboran Minyak, Gas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) menyebutkan kegiatan pengeboran menjadi tulang punggung kegiatan usaha hulu migas dalam mewujudkan target produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang.
"Saat ini kita dalam keadaan krusial karena bulan kemarin produksinya (minyak) sekitar 623.000 barrel per day, padahal target Pemerintah itu 1 juta barrel per day pada tahun 2030," kata Suprijonggo Santoso, Ketua Umum APMI dalam diskusi "Indonesia Engineering Innovation for Energy Sector" di sela-sela perhelatan Indonesia Engineering & Energy Series 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Karena itu menurut Suprijonggo, "Mau tidak mau harus dilakukan pemboran, karena tanpa ngebor omong kosong apapun rencananya." Dia bahkan mengingatkan bahwa kegiatan pengeboran merupakan satu-satunya jalan di dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel, kendati di samping itu ada pula langkah optimasi produksi dengan metode EOR (Enhanced Oil Recovery).
Agar aktivitas pengeboran dapat bergulir dengan baik, APMI menerangkan diperlukan investasi yang tidak sedikit. "Karena itu diperlukan financing yang sangat besar," ucapnya. Selain itu dibutuhkan pula SDM yang kompeten di bidang pengeboran serta sinergi dan koordinasi yang baik antara para stakeholder migas.
Inovasi Pengeboran
Tak kalah pentingnya, perlu ada inovasi dalam kegiatan pengeboran migas. Suprijonggo memaparkan perlu ada inovasi dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas terutama di laut dalam. "Masih banyak sebetulnya cadangan hidrokarbon kalau kita mau cari, tapi perlu kita kalkukasi biayanya. Untuk eksplorasi, bagus itu inovasi, tapi biayanya banyak," jelasnya.
Suprijonggo melanjutkan, perlu pula ada inovasi pengeboran untuk aktivitas pengeboran sumur yang semakin dalam. Dia menceritakan di Blok Rokan saat ini pengambilan hidrokarbon baru bersumber dari formasi sand dan karbonit.
"Kini kita masuk ke basement di mana sumber hidrokarbon berasal yang dinamakan unconventional hidrocarbon atau migas yang bukan biasa (Migas Non Konvensional/MNK). (MNK) Itu untuk mencari cadangan yang lebih banyak karena cadangan yang ada sekarang itu makin lama makin menipis," terangnya.
Inovasi terakhir menurut Suprijonggo adalah inovasi terkait produktivitas dan efisiensi biaya pengeboran. "Karena dengan harga minyak bumi naik maka semuanya jadi naik, harga peralatan naik. Jadi kita perlu melakukan efisiensi biaya," tutup Suprijonggo. RH