Foto: Hrp
Jakarta, OG Indonesia -- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), produsen tembaga dan emas yang terintegrasi, mengumumkan laporan keuangan dan operasional pada semester I-2023. Dalam keterangannya, meskipun diterpa cuaca buruk dan adanya pembatasan ekspor, kinerja Perseroan tetap tangguh.
“Kami berhasil mengatasi berbagai tantangan eksternal dan tetap dapat mengoptimalisasi penggunaan mesin dan peralatan kami. Lokasi tambang kami mengalami curah hujan yang tinggi, hampir dua kali lipat rata-rata tahunan historis, selama hampir tujuh bulan dari Oktober 2022 hingga April 2023,” ucap Direktur Utama Amman Mineral Internasional, Alexander Ramlie dalam keterangan tertulis yang diterima OG Indonesia, Jumat (29/9/2023).
Dijelaskan olehnya, selama tidak dapat mengakses bijih segar dari Fase 7, Perseroan fokus pada proses pengupasan batuan penutup Fase 8 untuk mengoptimalkan operasi. Saat mulai beralih ke musim kemarau, pihaknya meningkatkan pemompaan air pit, sehingga dapat mengakses bijih segar dengan kadar tinggi sekitar 1,5 bulan lebih cepat dari jadwal. “Dengan demikian, kami akan dapat melampaui target produksi yang kami tetapkan sebelum IPO untuk FY 2023,” jelasnya.
Amman Mineral akan terus fokus pada peningkatan operasional dan tetap berkomitmen terhadap praktik berkelanjutan dalam aktivitas pertambangan, pemrosesan, dan pemurnian. Perseroan memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan peningkatan permintaan tembaga di dunia, yang sangat penting bagi transisi ke energi bersih dan berkelanjutan.
“Walaupun kami tidak bisa menjual konsentrat karena tertundanya pemberian izin ekspor mulai 1 April hingga 24 Juli 2023, kami tetap menjaga ketahanan finansial dan posisi kas yang sehat selama semester pertama tahun 2023. Kami juga berhasil menjual persediaan konsentrat selama empat bulan dalam waktu enam minggu, segera setelah mendapat izin ekspor pada Juli 2023,” tambah Direktur Keuangan Amman Mineral Internasional, Arief Sidarto.
Hasil tersebut menunjukkan pengendalian biaya (cost discipline) dan manajemen keuangan yang apik oleh emiten berkode saham AMMN tersebut. “Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai hasil pada semester kedua yang lebih kuat dan mencapai target satu tahun yang lebih baik. Kami menargetkan akan menyelesaikan lebih dari 70% proyek smelter pada Desember 2023, dengan target penyelesaian mekanis pada Mei 2024,” jelas Arief.
AMMN sendiri membukukan penjualan bersih sebesar US$581 juta pada semester I-2023 atau turun 58% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$1,38 miliar. EBITDA turun 61% menjadi US$336 juta dari US$871 juta.
Adapun pendapatan bersih AMMN turun 78% menjadi US$122 juta dari US$565 juta. Sedangkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun 78,8% menjadi US$118,8 juta dari US$562,5 juta.
Pada semester I-2023, operasi pertambangan AMMN berjalan secara efisien dan berada pada jalur yang tepat untuk menyamai angka total metrik ton yang ditambang pada tahun fiskal 2022, meskipun terdapat beberapa tantangan eksternal.
Sejak Oktober 2022 hingga April 2023, tambang Batu Hijau mengalami curah hujan yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menyebabkan tertundanya penambangan bijih segar dari Fase 7. Akibatnya, penambangan dialihkan sepenuhnya ke pengupasan batuan penutup Fase 8, sehingga akan dapat mempercepat akses menuju bijih segar Fase 8 dari jadwal awal.
Pemrosesan tembaga terus berlangsung dengan kapasitas penuh sepanjang semester I-2023, meskipun terjadi penundaan dalam penambangan bijih Fase 7 dan pengapalan produk. AMMN berhasil memproduksi 134 juta pon tembaga dan 172 kilo ons emas pada H1/2023, yang mencerminkan ketahanan operasional bisnis perseroan.
Pada semester I-2023, penjualan tembaga AMMN mencapai 76 juta pon dengan harga jual rata-rata US$4,48 per pon dan penjualan emas sebesar 119 kilo ons dengan harga jual rata-rata US$2.004 per ons.
Menurut manajemen AMMN, terjadi penundaan penjualan tembaga dan emas selama empat bulan pada periode tersebut, karena berakhirnya izin ekspor AMNT pada Maret 2023. Konsentrat tersebut disimpan di gudang penyimpanan hingga izin ekspor baru diberikan pada Juli 2023.
Tak lama setelah menerima izin tersebut, perseroan berhasil menjual persediaan empat bulan dalam waktu enam minggu. Antara semester I-2022 dan semester I-2023, harga jual rata-rata tembaga meningkat dari US$4,23 per pon menjadi US$4,48 per pon (bersih). Sedangkan untuk emas meningkat dari US$1.852 per ons menjadi US$2.004 per ons (bersih).
Sementara itu, AMMN melaporkan EBITDA sebesar US$336 juta pada semester I-2023, turun 61% dari US$871 juta pada semester I-2022. Hal itu terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan, karena tertundanya pemberian izin ekspor serta peningkatan biaya pemrosesan bijih stockpiles dengan kadar lebih rendah.
Margin EBITDA turun menjadi 58% dari 63% pada periode yang sama tahun lalu. Hasil tersebut sesuai dengan perkiraan sebelumnya yang juga sudah dikomunikasikan pada waktu proses IPO.
Selanjutnya, pendapatan bersih AMMN pada semester I-2023 juga dipengaruhi oleh penundaan ekspor konsentrat, turun 78% menjadi US$ 122 juta dibandingkan US$565 juta pada semester I-2022. Margin laba bersih sebesar 21% dibandingkan 41% pada periode yang sama tahun lalu.
AMMN mempertahankan posisi yang kuat di dunia dalam hal C1 cash cost. Pada semester I-2023, C1 cash cost perseroan negatif US$ 1,31 per pon dibandingkan dengan negatif US$ 0,25 per pon pada semester I-2022. Itu karena perseroan menambang 37% lebih banyak batuan penutup Fase 8 dan biaya pengupasan batuan penutup yang ditangguhkan tersebut dikapitalisasi. RH