Jakarta, OG Indonesia -- Peranan gas bumi sebagai sumber energi kian strategis dan menjadi prioritas serta andalan di masa transisi energi di mana pemanfaatan energi perlahan beralih dari energi fosil yang cenderung kotor menuju energi yang lebih bersih.
"Karena gas itu dari sisi environmental lebih friendly, lebih ramah, lebih bersih ya, sehingga baik buat bumi kita," kata Elan Biantoro, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) dalam acara pelatihan media "Gas Alam dan Hydrogen: Potensi, Bisnis Proses dan Outlook" yang diadakan Aspermigas dan Pamerindo secara daring selama dua hari pada Sabtu-Minggu (22-23/7/2023) lalu.
Elan menuturkan, Indonesia sejatinya memiliki proven reserves gas bumi yang cukup besar yaitu mencapai 54 triliun kaki kubik (TCF). Namun pemanfaatannya terkendala kompleksitas kondisi Indonesia, mulai dari medan operasional yang heterogen hingga kondisi geografis Indonesia yang terpencar dengan banyak pulau sehingga jaringan infrastuktur gas bumi agak sulit untuk dibangun.
"Permasalahan itu sangat kompleks dan banyak, itu yang dihadapi oleh pemerintah, otoritas pengawasan, maupun para praktisi yang melakukan investasi dan operasional perminyakan maupun gas di Indonesia," tuturnya.
Padahal Indonesia sudah mulai shifting dari minyak kepada gas bumi, seiring produksi minyak nasional kian menurun dari waktu ke waktu. Sementara monetisasi gas bumi belum dapat dimaksimalkan karena masalah supply dan demand yang belum optimal dipertemukan.
"Kebutuhan gas itu lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Sumatra. Namun, kalau kita lihat sumber-sumber gas yang cukup besar itu ada di Indonesia bagian tengah sampai Indonesia bagian timur," papar Elan seraya mencontohkan lapangan gas besar seperti Tangguh, Genting Oil, hingga Masela yang kebanyakan berada di timur Indonesia.
Elan menegaskan, problem utama pemanfaatan gas bumi di Indonesia adalah bagaimana menyalurkan gas bumi dari sumbernya kepada industri-industri dan konsumen lain yang membutuhkan, sehingga gas bumi bisa berperan sebagai economic driver di dalam negeri atau tidak lagi diekspor ke luar negeri.
Solusi Mini LNG
Untuk salur gas, dipaparkan Elan, ada beberapa metode yang bisa dilakukan selain lewat pipa yaitu lewat CNG sampai LNG. Untuk CNG saat ini sudah mulai populer untuk penyaluran di pulau Jawa. Sementara untuk LNG, Indonesia sebenarnya sudah lama menerapkannya dan bahkan menjadi pionir lewat LNG Arun dan Bontang, jauh sebelum Qatar dan Australia bermain gas lewat LNG.
Untuk kondisi Indonesia saat ini, Elan mengatakan salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk lebih mengoptimalkan gas bumi adalah penyaluran lewat mini LNG. "Sekarang ini yang mungkin harus segera kita mulai adalah melakukan industrialisasi energi secara kecil, distribusi LNG skala kecil," jelasnya.
Elan mengatakan, praktik tersebut sudah lazim ditemukan di Argentina, Spanyol, sampai China. Di Indonesia sendiri, mini LNG dengan kapasitas 20-30 MMscfd sudah mulai diaplikasikan oleh PT Kayan LNG Nusantara di Kalimantan Utara dengan sumber gas dari PSC Simenggaris.
"Mudah-mudahan itu menjadi pelopor awal untuk bisa diterapkan di bagian lain Indonesia. Karena kita terkendala masalah infrastruktur, kalau pipa tidak terjangkau tentunya kita bisa menggunakan metode mini LNG ini agar gas bisa disampaikan kepada para pengguna di beberapa daerah," ucap Elan. RH