Jakarta, OG Indonesia -- Politik dan energi merupakan dua konsep yang kerap berkelindan dan sukar dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dari urusan subsidi energi, kebijakan transisi energi, sampai persoalan konflik yang berbalut masalah energi seperti yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, nuansa politik selalu mewarnai urusan energi.
Mengingat peliknya persoalan politik energi tersebut, Profesor Purnomo Yusgiantoro mencoba mencurahkan pikirannya dalam sebuah buku yang berjudul "Politik Energi: Teori dan Aplikasi". Buku setebal 636 halaman yang diterbitkan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) pada tahun 2022 ini melengkapi karya dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral periode 2000-2009 dan Menteri Pertahanan periode 2009-2014 yang sebelumnya pada tahun 2018 telah menerbitkan buku "Ekonomi Energi: Teori dan Aplikasi".
Dalam buku "Politik Energi: Teori dan Aplikasi", Purnomo Yusgiantoro mencoba mengulas teori serta aplikasi analisa politik pada sektor energi. Tidak semata persoalan politik dan energi dalam tataran nasional saja, Sekretaris Jenderal dan Presiden OPEC pada tahun 2004 ini juga membahas berbagai isu politik dan energi yang terjadi pada tingkat internasional.
"Saya tulis buku Politik Energi, setelah sebelumnya saya tulis buku Ekonomi Energi. Karena saya pikir tidak komplit kalau kita tahu ekonomi energi tetapi tidak tahu politik energi," ucap Purnomo dalam acara "Bedah Buku Politik Energi: Teori dan Aplikasi" yang diadakan oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI), PYC, dan Pertamina Hulu Energi (PHE) di PHE Tower, bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (17/6/2023).
Dalam bukunya, Purnomo membahas teori-teori politik yang kemudian mengarah pada policy atau kebijakan terutama terkait energi. "Karena politik itu luas sekali, bisa politik praktis, politik ilmu dan analisa politik, tetapi sebetulnya kecenderungan benang merah yang saya tarik di sini adalah policy mengenai energi, juga di pemerintahan pada tataran strategic dan tataran taktis," terangnya.
Prof. Maizar Rahman, Ketua Dewan Gubernur OPEC (2006) serta Komisaris Pertamina (2006-2010) yang menjadi pembahas dalam acara bedah buku, menerangkan bahwa buku "Politik Energi: Teori dan Aplikasi" isinya sangat luas dan holistik serta didukung kepustakaan yang beragam. "Buku ini sangat memperkaya khazanah keilmuan karena literasi mengenai politik energi tidak banyak dijumpai, apalagi penulisan buku ini tentu sangat diperkaya oleh pengalaman Pak Purnomo sebagai pemangku kebijakan di berbagai bidang," tuturnya.
Maizar mengungkapkan bahwa dalam bukunya, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan pertumbuhan populasi dunia yang sedemikian cepat secara eksponensial sementara ketersediaan energi hanya secara linier, menjadi faktor utama timbulnya politisasi energi.
"Pergeseran (energi) fosil ke non fosil seperti EBT di berbagai kawasan dunia terutama di negara konsumen dan diperkuat tekanan perubahan iklim masih sangat rumit. Karena itu, politik energi merupakan cabang ilmu politik yang menggunakan politik sebagai dasar untuk menganalisis dan mengambil kebijakan energi pada sektor mikro maupun makro, termasuk internasional," urai Maizar.
Lebih lanjut Maizar membeberkan berbagai pembahasan dalam buku tersebut. Mulai dari konsep trias politica dan hubungannya dengan pengelolaan energi, dinamika ekonomi politik, berbagai model perencanaan energi, sampai kebijakan energi dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.
Sementara itu pembahas lainnya, Dr. Abdul Muin yang merupakan Wakil Kepala BP Migas (2006-2009) yang saat ini menjadi Dewan Pakar di KMI, memaparkan bahwa buku "Politik Energi: Teori dan Aplikasi" dan buku-buku lainnya karya Purnomo Yusgiantoro menjadi Think Tank yang memberikan sumbangsih tak ternilai bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi praktisi, pembuat kebijakan, sampai mahasiswa dan peneliti di sektor energi.
Sebab menurutnya, masalah energi adalah masalah yang sangat kompleks dan dinamis sehingga membutuhkan pengertian serta pemahaman yang mendalam terhadap interaksi berbagai aspek, termasuk ekonomi dan politik, serta isu-isu terkait lainnya, seperti lingkungan, sosial dan hankam, baik dalam skala global, regional maupun nasional.
Abdul Muin menilai buku ini telah disajikan oleh penulisnya sehingga isinya begitu padat tersusun dalam 10 bab dalam mata rantai yang runtun, sehingga memudahkan pembaca untuk mempelajari dan memahami. "Buku Politik Energi ini serta karya tulis sebelumnya merupakan karya yang sangat unik dan penting bagi kita semua sebagai acuan/guidance dalam menghadapi berbagai tantangan dalam era transisi energi ke depan," ujarnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji yang hadir dalam acara bedah buku tersebut menuturkan bahwa curahan pikiran Purnomo Yusgiantoro dalam buku "Politik Energi: Teori dan Aplikasi" dapat membuat setiap orang yang membacanya menjadi lebih bijak dan arif. "Manusia yang baik akan membawa kepada negara yang baik dan di dalam buku Pak Pur meng-apply hal itu," kata Tutuka.
Acara bedah buku yang dipandu oleh Chairman KMI S. Herry Putranto serta news anchor TV One Chacha Annissa ini dihadiri oleh lebih dari 70 peserta dari para pemangku kebijakan, profesional hingga senior migas dan energi di Tanah Air, seperti Benny Lubiantara, Wiko Migantoro, Eddie Widiono, Oki Muraza, Dharmawan Samsu, Saleh Abdurrahman, Daniel Purba, Lukman Mahfoedz, Riki Ibrahim, sampai Tumbur Parlindungan. RH