Jakarta, OG Indonesia -- Pemerintah melalui Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat dukungan penuh dari Komisi VII DPR-RI untuk segera melakukan percepatan terlaksananya Proyek Abadi Masela. Selain itu, Komisi VII juga meminta Badan Usaha Minyak dan Gas Bumi untuk membeli saham participating interest (PI) Blok Abadi Masela dan Shell Overseas Limited. Dukungan tersebut tertuang dalam salah satu kesimpulan Rapat Kerja (Raker) Komisi VII DPR-RI bersama Menteri ESDM dalam Raker di Jakarat, Selasa (13/6/2023).
"Komisi VII DPR RI mendorong Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan percepatan terlaksananya Proyek Blok Abadi Masela termasuk mendukung Badan Usaha Minyak dan Gas Bumi untuk dapat membeli saham participating interest (PI) Blok Abadi Masela dan Shell Overseas Limited," ujar pimpinan raker Sugeng Suparwoto.
Dikatakan Sugeng, Proyek Masela ini menjadi salah satu proyek strategis karena dapat menghasilkan produksi gas yang sangat besar yang dapat digunakan sebagai sumber energi masyarakat dan industri.
"Kita akan menjadi produsen gas yang sangat besar jika proyek masela ini dengan di Andaman gasnya sudah berproduksi. Dan ini sesuai dengan perencanaan kita yang membangun infrastruktur gas sebagai sumber energi juga untuk industri," ujar Sugeng.
Sugeng mengatakan, proyek Masela setelah ditetapkan pabrik pengolahannya di darat (onshore), bila perencanaan keuangannya bertambah, maka salah satu pemegang participating interestnya yakni Shell mengundurkan diri sebagai pemilik saham 35%.
"Presiden pernah mengamanatkan Pertamina untuk ikut di dalam, tetapi tentu saja harus berdasarkan perhitungan-perhitungan. Mengingat proyek masela ini berada di laut dalam, maka harus cermat dalam perhitungannya. Nasionalis benar namun kita juga harus realistis dalam mengukur kemampuan," lanjut Sugeng.
Wilayah kerja Masela berlokasi di Laut Arafura (650 Km dari Kep. Maluku dan 170 km dari Kepulauan Babar dan Tanimbar). Kontrak ditandatangani pada 16 November 1998 dan berakhir pada November 2028 (30 tahun). WK Masela sudah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.
"Pemegang interest saat ini, Inpex Masela Ltd (65%) - Operator, dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Telah disepakati kilang LNG akan dibangun di darat (Pulau Yamdena) dengan kapasitas produksi gas sebesar 9,5 million ton per annum (MTPA) atau 1.600 million standard cubic feet per day (MMSCFD) dan 150 MMSCFD (gas pipa), serta kondensat 35.000 barrels of condensate per day (BCPD)," Menteri ESDM Arifin Tasrif menginformasikan.
Arifin membenarkan yang dikatakan Sugeng, Arifin mengatakan, Proyek Masela merupakan salah satu proyek besar yang akan menghasilkan kumulatif produksi (2027-2055) Gas 16,38 triliun standard cubic feet/TSCF (gross) atau 12,95 TSCF (sales), dan kondensat 255,28 million stock tank barrels (MMSTB).
"Total cadangan terbukti mencapai 18,54 trillion standard cubic feet (tscf) dan investasi yang dibutuhkan mencapai USD19,8 miliar," ungkap Arifin.
Saat ini Arifin melanjutkan, beberapa aspek teknis, lingkungan dan komersial sudah selesai dilaksanakan yang meliputi, persetujuan Original WP&B 2023 untuk implementasi proyek, pengadaan Lahan - Area Non-Hutan, kegiatan Pemasaran (Marketing Activities), dan Kajian AMDAL. Beberapa hal yang akan dilaksanakan pada tahun 2023: Tender FEED (Offshore LNG, FPSO, SURF, and GEP); dan Revisi 2 POD-I.
Beberapa hal yang perlu dilakukan agar proyek Abadi Masela dapat berjalan antara lain merevisi ke-2 POD I Lapangan Abadi Masela dengan memasukkan Skenario CCS (tambahan investasi USD1,1-1,4 miliar).
Inpex sendirk telah menyampaikan surat Final Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan 1 (Revisi 2 POD I) dengan memasukkan carbon capture storage (CCS) kepada SKK Migas tanggal 4 April 2023. Dan memproses divestasi Shell untuk segera mendapatkan partner baru. "Calon pengganti Shell sedang dalam tahap penyelesaian, ditargetkan selesai pada Juni 2023," pungkas Arifin. R1