Badung, OG Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut permintaan akan migas masih tetap tumbuh terutama di wilayah berkembang seperti India, Afrika dan Asia, di mana pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan kendaraan akan melonjak secara signifikan.
Mengacu pada 2022 OPEC World Oil Outlook 2045, permintaan minyak sebagai bahan bakar diproyeksikan meningkat dari 88 mboepd pada 2021 menjadi 101 mboepd pada 2045, sementara porsi dalam bauran energi menurun dari 31% menjadi di bawah 29%.
"Sementara permintaan gas juga diantisipasi meningkat dari 66 mbopd pada tahun 2021 menjadi 85 mbopd pada 2045, dalam bauran energi akan meningkat dari 23% menjadi 24% pada tahun yang sama," jelas Arifin dalam acara "3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas" di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (23/11/2022).
Oleh karena itu, Arifin mengatakan target produksi 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD pada tahun 2030 masih diperlukan untuk penggunaan dalam negeri, mengingat potensi hulu migas sangat besar.
"Kami memiliki 68 potensi cekungan yang belum dieksplorasi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar bbl, sedangkan cadangan gas terbukti sekitar 43 TCF," jelasnya.
Untuk menarik minat investasi hulu migas di Indonesia, Menteri ESDM membeberkan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa terobosan kebijakan, melalui fleksibilitas kontrak (PSC Cost Recovery atau PSC Gross Split), perbaikan term & condition pada bid round, insentif fiskal/non-fiskal, pengajuan izin on-line dan penyesuaian regulasi untuk yang tidak konvensional.
"Selain itu, kami akan merevisi peraturan migas dengan ketentuan seperti perbaikan termin fiskal, kemudahan berusaha, dan kepastian kontrak, serta membuka dialog bersama operator dan investor untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif," tutup Arifin.
Pada kesempatan yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030, perlu kolaborasi aktif dari seluruh pihak baik domestik maupun internasional untuk membuka potensi-potensi migas di Indonesia.
Untuk mencapai target tersebut, sambung Dwi, SKK menjabarkan lima strategi utama, yaitu dengan optimalisasi produksi dari lapangan yang ada; Transformasi sumber daya menjadi produksi; Mengakselerasi penggunaan teknologi Chemical EOR.
"Dua strategi lainnya yaitu dengan mendorong kegiatan eksplorasi migas, serta dengan percepatan revisi regulasi melalui One Door Service Policy (ODSP) dan insentif hulu migas," tandasnya. RH