Foto: Hrp
Jakarta, OG Indonesia -- PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyampaikan bahwa produksi minyak dari Wilayah Kerja (WK) Rokan dapat meningkat setelah 1 tahun alih kelola dari operator lama kepada Pertamina. Capaian tersebut bisa diraih walaupun di tengah kondisi penurunan alamiah produksi minyak yang terjadi pada blok minyak yang ada di provinsi Riau tersebut.
Diungkapkan Jaffee A. Suardin, Direktur Utama PHR, kondisi Blok Rokan saat ini sebenarnya secara natural mengalami penurunan. "Decline rate-nya secara natural itu 26 persen. Artinya, sekitar 4.000 barel (minyak per hari/bopd) turun produksinya di Blok Rokan. Sedangkan produksi per sumurnya di bawah 150 barel per sumurnya. Nah ini tantangan terbesar kita," ucap Jaffee dalam webinar bertajuk "Capaian dan Tantangan 1 Tahun Pengelolaan Blok Rokan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang diselenggarakan Reforminer Institute, Kamis (18/8/2022).
Jika mengikuti pola alamiah decline rate di Blok Rokan, Jaffee menerangkan seharusnya produksi minyak dari Blok Rokan saat ini sudah jatuh pada kisaran 120.000 bopd. "Kalau kita maksimalkan, mengikuti tren yang sebelumnya sudah ada dari operator sebelumnya dengan mengandalkan sumur yang sudah ada, itu decline rate-nya turun menjadi 11 persen tapi masih tetap decline, masih tetap turun produksinya," ujarnya.
Jaffee mengatakan bahwa PHR berhasil menahan potensi penurunan produksi tersebut. Di mana pada akhir Juli 2022 produksi dari Blok Rokan sudah bisa naik 1,5% bila dibandingkan pada saat alih kelola tahun lalu. "Dan rata-rata bulan Agustus ini, sekarang tanggal 18, itu kita sudah naiknya 2,5 persen, jadi trennya memang naik," tutur Jaffee.
Dengan kegiatan pengeboran yang masif, Jaffee menargetkan penurunan produksi Rokan dapat ditahan dan bahkan produksinya bisa ditingkatkan hingga 170.000 bopd pada akhir tahun 2022. "Pada Desember 2022 kami menargetkan produksi minyak menembus level 170.000 bopd. Nanti 2023 akan ngebut lagi karena di awal tahun bisa langsung kerja," ucap Jaffee.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa masalah teknis dalam upaya meningkatkan produksi atau bahkan sekadar mempertahankan produksi merupakan tantangan yang kerap ditemui oleh lapangan-lapangan migas yang tergolong mature field seperti Blok Rokan.
“Tetapi sering kali yang menjadi tantangan utamanya adalah masalah keekonomian proyek terkait dengan karakterisitik mature field adalah biaya produksi dan pemeliharaannya terus meningkat,” jelas Komaidi.
"Pengelolaan mature filed seperti Blok Rokan memerlukan insentif baik fiskal maupun nonfiskal. Insentif secara khusus untuk pelaksanaan kegiatan EOR juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan oleh pemerintah daerah," tutup Komaidi. RH