Fatar Yani Abdurrahman, Wakil Kepala SKK Migas Foto: Hrp |
Jakarta, OG Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah menanti calon operator pengganti Chevron di proyek gas raksasa Indonesia Deepwater Development (IDD). Seperti diketahui, sebelumnya SKK Migas telah menyampaikan bahwa pihak Chevron telah hengkang dari Blok IDD tersebut.
Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman menjelaskan bahwa saat ini ada dua isu terkait pengembangan proyek IDD. Pertama, terkait kontrak IDD yang akan berakhir pada 2027 mendatang, sementara yang kedua terkait pencarian operator baru pengganti Chevron.
Untuk isu operator baru, Fatar tidak menerangkan secara detil siapa kandidat kuat pengganti Chevron pada proyek IDD yang termasuk dalam salah satu Proyek Strategis Nasional ini. Tetapi diungkapkan olehnya, Chevron telah menawarkan kepada mitra terdekatnya yaitu ENI, yang memiliki hak partisipasi bersama di blok tersebut.
"Saat ini kalau partner-nya sendiri, ini informasi dari headquarter, wakil headquater-nya itu ada di sini, ada Chevron, ada ENI. Menurut mereka, ini kan merger acquisition yang dilakukan oleh headquarter, itu tidak mungkin di-disclose ke publik," ucap Fatar dalam konferensi pers capaian kinerja hulu migas semester 1 2022 di kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (15/7/2022).
"Tapi menurut informasi yang diterima, ini sudah semakin intens dan semakin dekat. Mudah-mudahan dengan kami memberikan informasi settlement soal ASR tadi, Abandonment and Site Restoration scope of work dan biaya, itu mudah-mudahan mereka bisa closed deal," sambungnya.
Fatar menambahkan, jika kesepakatan tersebut gagal terwujud, maka Chevron harus menawarkan kembali hak partisipasinya di Blok IDD kepada calon investor yang lain. "Intinya, terkait krisis global, investor itu harus tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Jadi kalau 2027 berakhir PSC-nya, bagaimana caranya Pemeirntah memberikan fiskal yang bagus," tegas Fatar.
Diketahui, Blok IDD yang berada di Kutai Basin, lepas pantai Kalimantan Timur, diperkirakan menyimpan potensi gas raksasa, sekitar 800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Ke depannya, potensi gas tersebut sangat prospektif untuk pengembangan produksi gas alam cair (LNG) di kilang LNG Bontang. RH