Foto: Wikimedia
Jakarta, OG Indonesia -- Rencana negara-negara Uni Eropa untuk mengaktivasi kembali pembangkit listrik tenaga batu bara dalam jumlah sedikit dianggap tidak terlalu berarti, meskipun tentu memiliki implikasi adanya penambahan 1,3% emisi Uni Eropa setiap tahun, kata analisis terbaru lembaga think tank yang berbasis di London, Inggris, EMBER. Namun, hal tersebut tidak akan membuat negara-negara Uni Eropa berhenti untuk mencapai target iklim mereka dan bebas batu bara di 2030.
Analisis Ember menunjukkan prospek jangka panjangnya tetap jelas, yaitu batu bara tidak memiliki masa depan di Eropa. Tidak ada negara Eropa yang membatalkan komitmennya untuk menghapus batu bara paling lambat pada tahun 2030. Krisis Ukraina saat ini justru telah bertindak sebagai katalis untuk percepatan transisi energi bersih Eropa. Indonesia sering digadang sebagai negara yang akan banyak menyuplai batu bara Eropa, hal ini bisa saja terjadi namun bukan dalam jangka panjang
Temuan Analisis EMBER diketahui sebesar 14 gigawatt (GW) PLTU batu bara saat ini disiagakan sehingga kembali menambah 1,5% dari total kapasitas pembangkit listrik terpasang di Uni Eropa (920 GW). Mayoritas berada di Jerman, yang menyetujui kapasitas cadangan 8 GW sebagai bagian dari Replacement Power Plant Provision Act yang diadopsi pada 8 Juli 2022 lalu.
Dalam skenario terburuk di mana pembangkit batu bara cadangan ini beroperasi sepanjang tahun 2023 dengan faktor beban 65%, maka mereka akan menghasilkan 60 TWh listrik berbahan bakar batu bara, yang cukup untuk memberi daya di Eropa selama sekitar satu minggu. Dari perspektif iklim, emisi CO2 tambahan bersih pada tahun 2023 akan menjadi sekitar 30 juta ton, mewakili 1,3% dari total emisi CO2 Uni Eropa di 2021 dan 4% emisi dari sektor listrik tahunan.
Seperti diketahui, Jerman, Austria, Prancis, dan Belanda baru-baru ini mengumumkan rencana untuk memungkinkan peningkatan pembangkit listrik tenaga batu bara jika pasokan gas Rusia tiba-tiba berhenti.
Pada bulan Mei, Komisi Eropa menerbitkan pembaruan dokumen komunikasi REPowerEU. Dalam rencana tersebut, mereka telah memasukkan peningkatan tenaga batu bara (+105 TWh) dan penurunan tenaga gas (-240 TWh) tanpa menggagalkan tujuan iklim Uni Eropa. Analisis oleh Ember mengungkapkan bahwa berdasarkan target RePowerEU, energi terbarukan akan menyumbang 69% dari produksi listrik pada tahun 2030.
Analis Senior EMBER, Sarah Brown, Jumat (15/7/2022) mengatakan, Uni Eropa dalam situasi terdesak akibat kesalahan kebijakan energi di masa lalu. Meskipun banyak tanda-tanda peringatan dini sebelumnya, namun kebanyakan negara-negara anggota Uni Eropa mengabaikan risiko ketergantungan yang berlebihan pada gas impor dan mengabaikan kebutuhan untuk segera menggantinya dengan energi terbarukan domestik.
“Akibatnya, sekarang menghadapi keputusan darurat yang sulit, sehingga untuk sementara mengandalkan batu bara sambil secara substansial meningkatkan penyebaran energi bersihnya. Kesalahan yang seharusnya negara di Asia jangan sampai terulangi,” tegas Sarah. R2