Jakarta, OG Indonesia -- PT Astra Internasional Tbk menyampaikan laporan keuangan perusahaan untuk kuartal 1 tahun 2022. Tercatat, pendapatan bersih Astra pada kuartal pertama tahun 2022 sebesar Rp71,9 triliun, meningkat 39% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2021. Sementara untuk laba bersih perusahaan meningkat 84% menjadi Rp6,9 triliun.
Kinerja yang lebih baik terlihat dari semua bisnis di grup Astra, khususnya, divisi alat berat dan pertambangan, otomotif, jasa keuangan, serta agribisnis.
“Grup membukukan kinerja yang baik pada kuartal pertama tahun 2022, didukung oleh pemulihan ekonomi domestik dan harga komoditas yang lebih tinggi. Meskipun situasi pandemi telah membaik, Grup diperkirakan akan terus menghadapi ketidakpastian dari COVID-19 dan tantangan eksternal lainnya," ucap Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk dalam keterangan resminya, Rabu (27/4/2022).
"Namun demikian, didukung oleh posisi keuangannya yang kuat, Grup berada pada posisi yang tepat untuk mencari peluang bisnis baru guna mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan," sambung Djony.
Khusus untuk divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, laba bersihnya tercatat meningkat 138% menjadi Rp2,6 triliun, disebabkan oleh kontribusi yang lebih tinggi dari penjualan alat berat, kontraktor penambangan dan pertambangan batu bara.
Seperti PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 131% menjadi Rp4,3 triliun.
Kemudian untuk penjualan alat berat Komatsu meningkat 146% menjadi 1.694 unit. Ditambah, pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaannya juga meningkat.
Lalu untuk bisnis kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mencatat peningkatan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 9% menjadi 207 juta bank cubic metres. Sementara produksi batu bara mengalami penurunan sebesar 12% menjadi 24 juta ton.
Anak perusahaan UT di bidang pertambangan juga melaporkan penurunan penjualan batu bara sebesar 21% menjadi 2,9 juta ton, termasuk penjualan 611.000 ton metallurgical coal. Namun harga jual yang tinggi lebih dari cukup mengimbangi dampak penurunan volume.
PT Agincourt Resources, anak perusahaan yang 95% sahamnya dimiliki UT, melaporkan penurunan penjualan emas sebesar 22% menjadi 74.000 ons.
Sedangkan perusahaan kontraktor umum yang 82,2% sahamnya dimiliki UT, PT Acset Indonusa Tbk (ACSET), melaporkan rugi bersih sebesar Rp25 miliar, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp80 miliar pada periode yang sama tahun 2021. Kondisi ini terutama karena perlambatan penyelesaian beberapa proyek yang sedang berjalan dan berkurangnya peluang pekerjaan proyek konstruksi selama masa pandemi. R2