Foto: Hrp
Jakarta, OG Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan efisiensi pembakaran dimethyl ether atau DME lebih baik ketimbang Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga layak menjadi bahan bakar alternatif untuk program substitusi energi di Indonesia.
Arifin menuturkan, dari sekitar 200 percobaan yang dilakukan oleh Lemigas, menunjukkan efisiensi LPG pembakaran DME juga lebih baik dibanding LPG. "Fraksi karbon beratnya kalau di LPG masih tertinggal di dalam sisa botol, sedangkan kalau DME masih bisa dioptimalkan, sehingga ini menjadi salah satu advantage (keuntungan)," kata Arifin dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Kamis (17/2/2022).
Pemanfaatan DME, sambung Arifin, menggunakan jenis batubara yang memiliki kalori 3.800 kkal/kg karena tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan PLN. "Ini juga dilakukan di lokasi mulut tambang, jadi memudahkan proses pengangkutan," tambahnya.
Lebih lanjut, pemerintah telah memperhitungkan harga keekonomian DME yang telah disepakati agar produk ini mampu bersaing dengan harga LPG. Adapun manfaat yang diterima oleh negara melalui substitusi DME tersebut berupa pemanfaatan sumber daya alam, menghemat devisa impor LPG, dan memenuhi in-situ di lokasi mulut tambang yang dapat mengatasi isu kelangkaan.
Saat ini, Indonesia sedang membangun pabrik hilirisasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek itu diproyeksikan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dari bahan baku 6 juta ton batubara kalori rendah. Pemerintah berharap proyek DME itu dapat membuka lapangan pekerjaan untuk sekitar 13 ribu orang pada tahap konstruksi. Adapun di sektor hilir yang akan dikelola oleh Pertamina diharapkan mampu menciptakan 12 ribu lapangan pekerjaan baru.
Proyek hilirisasi batu bara menjadi DME tersebut merupakan hasil kerja sama antara Amerika Serikat dengan Indonesia melalui perusahaan Air Products & Chemicals Inc, PT Bukit Asam, dan Pertamina. Pemerintah menargetkan perusahaan tersebut bisa merealisasikan nilai rencana investasi sebesar USD 15 miliar untuk industri gasifikasi batu bara beserta turunannya di Indonesia.
Selain DME, Kementerian ESDM memiliki beberapa alternatif terkait substitusi LPG, antara lain melalui jaringan gas rumah tangga hingga penggunaan kompor listrik. R2