Rubuha atau rumah burung hantu di area persawahan. |
Banggai, OG Indonesia -- Lewat program karantina burung hantu, JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi (JOB Tomori) bersama IMZ-Dompet Dhuafa turut menjaga ekosistem pertanian dengan menyediakan "Rumah Sakit" bagi burung hantu di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Karantina Tyto Alba merupakan sebuah program perawatan burung hantu yang terjatuh dari Rubuha di area persawahan. Rubuha atau Rumah Burung Hantu biasanya didirikan di area sawah dan difungsikan sebagai tempat tinggal burung hantu yang menjadi predator alami dari hama tikus sawah.
Namun terkadang, burung hantu kerap terjatuh dari Rubuha yang cukup tinggi. Tidak sedikit pula anak atau bayi burung hantu yang baru bisa berjalan didapati terluka di bawah Rubuha.
Karantina Tyto Alba sebagai "rumah sakit" tempat merawat burung hantu yang jatuh dari Rubuha. |
Baron Hermanto, Kades Sumber Harjo, mengungkapkan inspirasi membangun "Rumah Sakit" untuk burung hantu berasal dari komunitas Owl Demak dari Desa Tlogo Weru di Demak, Jawa Tengah.
Baron melihat, Desa Sumber Harjo yang mayoritas lahannya adalah lahan pertanian dan menjadikan burung hantu sebagai strategi ampuh berbasis ekologi yang mampu meminimalisir populasi tikus pengganggu sawah.
"Burung hantu itu sangat sensitif dan tiap daerah punya jenisnya serta perkembangan habitatnya sendiri-sendiri. Varian di Jawa dan Sulawesi berbeda. Oleh karena itu harus dikembangkan dari asal daerah terdekat," ucap Baron kala ditemui di kediamannya, Rabu (16/2/2022) lalu.
Satu burung hantu yang tinggal dalam satu Rubuha, bisa menjaga sawah seluas lima hektare. Ini berkat kemampuan penglihatan dan pendengaran burung hantu yang sangat tajam pada malam hari, sehingga membuat burung hantu cepat tanggap memburu tikus di sawah. RH