Ozy M. Muhidin, Trainer dalam Pelatihan Migas Interaktif "Verifikasi & Perhitungan TKDN Migas untuk Industri Penunjang Migas Berdasarkan PTK 007 Revisi 4" yang diadakan OG Indonesia.
Jakarta, OG Indonesia -- Persoalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) selalu jadi isu menarik dan penting dalam industri hulu migas. Karena itu OG Indonesia kembali mengadakan Pelatihan Migas Interaktif "Verifikasi & Perhitungan TKDN Migas untuk Industri Penunjang Migas Berdasarkan PTK 007 Revisi 4".
Training yang diadakan dari pagi hingga petang pada Sabtu (12/2/2022) ini kembali menghadirkan Ozy M. Muhidin sebagai Trainer. Ozy berpengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Local Content Specialist, di antaranya di PT Surveyor Indonesia dan di INPEX Corporation pada Abadi Masela FLNG Project.
Dikatakan Ozy, perhitungan TKDN memiliki empat tujuan penting. Yaitu sebagai standar perhitungan, sebagai informasi capaian nilai TKDN, sebagai bahan evaluasi harga, dan sebagai kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya, terutama perusahaan vendor lokal.
Ozy menjelaskan lebih lanjut terkait salah satu tujuan perhitungan TKDN, yaitu sebagai informasi untuk semua pihak yang berurusan dengan tender di proyek migas. Di era digital saat ini, diterangkan Ozy perhitungan TKDN dari suatu barang/jasa sudah banyak termuat di website terkait.
"Bagi vendor, informasi ini agar mereka tahu, misal untuk kontrak drilling tidak mungkin 100 persen karena alatnya buatan luar negeri. Otomatis informasi ini penting buat mereka sehingga bisa mengestimasi TKDN mendekati kebenaran. Jangan sampai dibilang 100 persen, pas diaudit enggak nyampe yang akhirnya bisa kena sanksi di akhir kontrak," jelas Ozy.
Sementara itu bagi perusahaan migas, lanjut Ozy, informasi data perhitungan TKDN bisa menjadi patokan berapa syarat minimum dari suatu tender. "Kalau enggak punya informasi, dia asal-asalan. Misal, syaratnya dibilang minimum 100 persen, otomatis vendor-vendor 100 persen semua, padahal mestinya hanya 30-35 persen," terangnya.
Pada sisi lain, data perhitungan TKDN juga bisa dijadikan informasi ketertarikan para vendor dalam tender-tender yang sudah dilakukan sebelumnya. "Dengan adanya informasi, misal dulu tender 35 persen tetapi tidak ada yang daftar. Lalu kemudian bisa kita bikin 10 persen. Jadi informasi itu bisa digunakan oleh perusahaan minyak," sambungnya.
Informasi perhitungan TKDN juga penting bagi pihak Pemerintah. "Pemerintah akan tahu untuk proyek-proyek oil and gas keseluruhan, sudah berapa persen tercapainya. Tercapai enggak sih misal targetnya dipasang 57 persen? Oh ternyata bisa, sudah sampai 60 persen," papar Ozy.
Dengan adanya informasi tersebut, menurut Ozy juga bisa dijadikan dasar oleh Pemerintah untuk membuat kebijakan tertentu. Misalnya membuat pabrik komponen tertentu yang kebutuhannya ternyata banyak, sehingga pada akhirnya nilai TKDN-nya bisa tinggi.
Training secara daring yang diadakan OG Indonesia sendiri diikuti banyak peserta dari berbagai perusahaan terutama dari industri penunjang migas. Seperti PT Nindya Karya, PT Elnusa Petrofin, PT Daeah E&C Indonesia, PT Indrillco Bakti, PT Greatwall Drilling Asia Pasific, CV Deinagi Putra Galuh, PT Shaftindo Energi, PT Jurong Engineering Lestari, PT JGC Indonesia, sampai institusi pendidikan seperti ITB.
Para peserta secara aktif bisa langsung mempraktekan pengetahuannya dengan menyelesaikan soal-soal perhitungan TKDN Migas yang dilemparkan Trainer, sekaligus menganalisanya secara interaktif dan bersama-sama.
Noha Muhammad, Direktur PT Indrillco Bakti yang menjadi salah seorang peserta dalam training ini mengatakan motivasinya mengikuti pelatihan karena perusahaannya banyak mengikuti tender di hulu migas. "Jadi ingin tahu lebih detail saja mengenai TKDN ini," ujarnya. RH