Jakarta, OG Indonesia -- SKK Migas bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion dengan tema “Pencapaian Produksi dan Lifting Tahun 2021". Kegiatan ini dibutuhkan untuk mendukung capaian target no production decline pada tahun 2021.
“Kegiatan FGD merupakan kelanjutan dari upaya SKK Migas bersama KKKS dalam mencapai target produksi dan lifting tahun 2021. Seperti kita ketahui, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan realisasi kuartal pertama 2021 masih berada di bawah target. Oleh karena itu melalui forum ini kami berupaya mencari solusi untuk mempercepat realisasi komitmen KKKS serta merumuskan langkah taktis dan strategis untuk mencapai target APBN 2021 melalui terobosan percepatan produksi,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sambutannya secara daring di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Pada kesempatan yang sama, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan secara kumulatif, capaian rata-rata produksi minyak dan gas bumi (migas) pada kuartal I tahun 2021 mencapai 1,86 juta barel minyak ekivalen per hari (BOEPD) atau 99,2% dari target yang ditetapkan. “Oleh karena itu pada FGD ini, diharapkan nantinya dapat diperoleh langkah-langkah taktis dan strategis untuk mencapai target tahun 2021,” kata Julius.
Untuk mengejar target produksi dan lifting, selain mengandalkan kegiatan pemboran yang masif dan agresif, SKK Migas bersama Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan juga tengah berdiskusi untuk memberikan sistem fiskal yang menarik bagi pengembangan lapangan-lapangan migas.
“Kami sampaikan terimakasih atas dukungan Kementerian ESDM yang telah berkenan memberikan insentif fiskal guna menjaga keekonomian pengembangan lapangan di Wilayah Kerja (WK) Mahakam dan WK South Natuna Sea Block B, hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga tingkat keekonomian investor. Kami harapkan komitmen ini turut diikuti oleh pelaksanaan komitmen program kerja oleh KKKS,” ujar Dwi.
Lebih lanjut Dwi mengatakan, saat ini SKK Migas bersama Kementerian ESDM juga terus berdiskusi aktif terkait permohonan insentif dalam upaya meningkatkan keekonomian WK Sanga Sanga dan WK East Kalimantan & Attaka serta perpanjangan WK Jabung, yang dapat berpotensi penambahan program pemboran sumur di tahun 2021.
Sementara, Menteri ESDM Arifin Tasrif menekankan perlunya usaha yang lebih keras dari SKK Migas dan KKKS agar selisih produksi dan lifting di tahun 2021 dapat terpenuhi. “Realisasi kegiatan pemboran dan realisasi proyek yang dicanangkan untuk menambah produksi tahun 2021, merupakan ujung tombak peningkatan produksi jangka pendek,” ucapnya.
Arifin juga memberikan apresiasi kepada SKK Migas dan KKKS Seleraya Merangin Dua yang telah berhasil merealisasi pembahasan dan persetujuan Plan of Development (POD) dapat diselesaikan dalam empat bulan.
“Terobosan yang sudah baik ini patut dipertahankan dan diaplikasikan pada saat melaksanakan kegiatan pengembangan lapangan-lapangan lain, sehingga usaha peningkatan produksi dapat direalisasi lebih cepat. Kita harus bekerja lebih keras dan pintar untuk mengawal arahan Bapak Presiden untuk meningkatkan produksi migas nasional,” terangnya.
Terkait pengelolaan produksi pada wilayah-wilayah kerja utama Indonesia, Arifin memberikan arahannya secara khusus. Disebutkan untuk transisi Blok Rokan, agar dapat dikelola dengan baik. Dalam hal ini KKKS Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina Hulu Rokan harus bahu membahu untuk mendiskusikan dan menyelesaikan berbagai proses pengalihan Blok Rokan.
Sedangkan untuk Lapangan Banyu Urip, saat ini produksinya turun lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. “Untuk itu saya menghimbau KKKS Mobil Cepu Ltd. yang dikenal memiliki teknologi dan sumber daya handal, untuk segera mencarikan solusinya sehingga penurunan produksi ini dapat diundurkan kembali. Potensi wilayah kerja tersebut masih ada, sehingga usaha keras layak untuk dilaksanakan,” kata Arifin.
Arifin juga menyinggung Pertamina EP yang saat ini realisasi produksinya masih dibawah target. “Dalam beberapa kali pembahasan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab penurunan produksi. Untuk menyelesaikan masalah, seluruh pimpinan dan pegawai Pertamina agar kerja keras untuk mencari solusi dan segera meningkatkan aktivitas pemboran, work over dan well service, ataupun melakukan langkah terobosan lainnya untuk menaikkan produksi,” pungkas Arifin. R1