Jakarta, OG Indonesia -- Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar ternyata tidak hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan. Diterangkan Waljianto, VP Industry & Marine Fuel Subholding CMT Pertamina Patra Niaga, ada juga BBM jenis Solar Industrial dan marine fuel.
Porsinya cukup besar, sekitar 54% BBM jenis Solar digunakan untuk kegiatan industrial atau B to B (Business to Business). Sementara untuk kebutuhan retail alias B to C (Business to Consumer) yang dijual di SPBU dan dipakai oleh konsumen sebagai bahan bakar kendaraan bermotornya ternyata porsinya hanya 46%.
"Kami memahami bisnis B to B ini sangat kompleks dan size-nya sangat besar. Sehingga kami harus memilah-milah segmen kami berdasarkan perilaku, karena setiap segmen memiliki perilaku sendiri-sendiri," urai Waljianto dalam talkshow secara daring bertajuk "Menelisik Bisnis BBM Solar di Indonesia" yang diadakan Asosiasi Pengamat Energi Indonesia (APEI), Kamis (8/4/2021).
Dalam lima tahun terakhir besaran volume BBM jenis Solar untuk industri dan marine fuel, diungkapkan Waljianto berkisar di angka 11-12 juta KL per tahun. Di mana pada tahun 2020 lalu rinciannya sebesar 11.833.624 KL.
Segmentasi konsumen Solar untuk industri dan marine fuel dari Pertamina diungkapkan Waljianto terbagi ke dalam tujuh segmen. Pertama, segmen VVIP yang merupakan konsumen yang harus dilayani dengan segera, seperti TNI, Polri, SAR, dan lembaga lainnya yang jadi pilar ketahanan negara. Persentasenya pada tahun 2020 lalu sekitar 4% dari seluruh konsumen Solar industri dan marine fuel.
Berikutnya ada konsumen Strategis (22%), Bisnis (29%), SME/Small Medium Enterprise (3%),Agen BBM (13%), INU/Izin Niaga Umum (11%), dan terakhir segmen Subsidiary dari Pertamina, seperti Patra Niaga, Elnusa Petrofin, Pertamina Lubricants dan Pertamina Retail dengan besaran persentase sekitar 18%.
"Segmen yang paling besar adalah Bisnis, ini adalah backbone kita yang terdiri dari beberapa industri seperti perkebunan, pertambangan, dan seterusnya. Yang kedua adalah segmen Strategis seperti PLN yang mengkonsumsi cukup besar, PT KAI juga," beber Waljianto. RH