Biodiesel Tak Kalah di Dataran Tinggi Dieng

Bahan bakar bio solar dengan campuran
biodiesel sebesar 20% tetap bisa
bekerja dengan baik di cuaca dingin.
Foto-foto: Edi Triyono
Wonosobo, OG Indonesia–- Tim nasional sepakbola Bolivia sangat menakutkan kalau bermain di kandang. Tim ini sangat sulit dikalahkan tim lawan jika bermain di kandangnya di La Paz yang berada pada ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan udara yang sangat tipis. Hal tersebut tidak berlaku untuk biodiesel. Di dataran tinggi Dieng, Wobosobo, bahan bakar biodiesel seperti tidak terkalahkan dan tetap bisa bekerja dengan baik.

Hal tersebut diceritakan oleh Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit Dadan Kusdiana kepada OG Indonesia dan para wartawan di Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Rabu (03/02), dalam rangkaian acara Roadshow Mandatori B20 keliling Jawa-Bali.

Di dataran tinggi Dieng yang berada pada ketinggian 2.000 meter dpl, tim roadshow melakukan uji bahan bakar dan mesin kendaraan yang menggunakan bahan bakar bio solar dengan kandungan biodiesel 20% pada pukul 05.00 subuh dengan kondisi suhu sekitar 15-20 derajat celcius. 

Ada sekitar sembilan mobil yang dites mesinnya untuk dinyalakan, dari Tata 700 cc, Pajero 3.000 cc, truk MAN dengan 6.900 cc sampai truk FAW dengan 11.000 cc. “Tadi sudah kita lihat, teman-teman media yang menghidupkan mesinnya sendiri dan hidup semua mobilnya,” kata Dadan.

Biodiesel tidak membeku
dalam cuaca dingin Dieng di saat Subuh.
Uji kendaraan di Dieng dengan cuaca yang dingin dilakukan untuk menjawab keraguan dari pendapat yang mengatakan bahwa dalam kondisi dingin bahan bakar dari biodiesel akan menggumpal dan membeku. Dadan menjelaskan bahwa untuk bahan bakar itu ada yang dinamakan titik kabut di mana bahan bakar dalam titik suhu tertentu yang dingin akan mulai keluar kabut atau memutih dan akhirnya akan menggumpal.

“Untuk B0 (solar) titik kabutnya minus 2 derajat celcius.Kalau untuk B100 (biodiesel murni) titik kabutnya 15 derajat, sementara untuk B20 titik kabutnya nol derajat,” terang Dadan. Sehingga pada kondisi suhu dingin tidak sampai nol derajat celcius, penggunaan bahan bakar biodiesel tidak akan mengembun apalagi membeku sehingga tetap bekerja dengan baik.

Nanang Hermawan, Ahli Mesin dari Kelompok Peneliti Bahan Bakar Minyak dan Gas Lemigas menerangkan bahwa dari penelitian Lemigas, bahan bakar bio solar baru akan membeku pada minus 3 derajat celcius. “Kalau suhunya di atas minus 3, sudah kita buktikan tidak ada masalah apa-apa,” terangnya.

Dengan titik kabut biodiesel murni di angka 15 derajat celcius, maka pengembangan biodiesel ke tahapan berikutnya di atas 20 persen masih sangat memungkinkan. Hal ini mengingat suhu udara di Indonesia rata-rata di atas 20 derajat celcius. “Kalau melihat dari situ beralasan (untuk ditingkatkan kadar biodiesel pada bio solar). Dan di dalam roadmap kita sudah ada B30 yang pengujiannya juga sudah dilakukan oleh BPPT dan Lemigas dan hasil ujinya lolos,” paparnya.

Mesin kendaraan berbahan
bakar biodiesel masih bekerja
dengan baik di suhu dingin Dieng.
Di Dieng, selain menguji kemungkinan pembekuan dari biodiesel, juga dilakukan uji opesitas.Dari hasil uji opesitas atau ketebalan asap yang dibuang kendaraan yang dilakukan hasilnya masuk kategori baik dengan angka  5,2% HSO. Di mana batasan maksimum opesitas adalah sebesar 70% HSO. Padahal kendaraan yang dites merupakan bus keluaran tahun 2009. 

“Dari segi gas buangnya sangat aman. Karbon mono oksidanya sangat rendah dan tadi kita lihat kan tidak ada asapnya,” tutup Nanang. RH


Biodiesel Tak Kalah di Dataran Tinggi Dieng Biodiesel Tak Kalah di Dataran Tinggi Dieng Reviewed by OG Indonesia on Rabu, Februari 03, 2016 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.